Key Takeaways
1. Investasi global ke sektor pembayaran menurun pada 2025, namun layanan pembayaran di Indonesia semakin banyak digunakan dan tumbuh pesat berkat ekosistem digital yang semakin matang serta luasnya adopsi QRIS, BI-FAST, pembayaran real-time.
2. AI berkembang menjadi mesin utama yang menggerakkan efisiensi industri pembayaran. Investasi ke fintech berbasis AI mencapai USD 7,2 miliar, menandakan pergeseran besar menuju sistem yang lebih cerdas dan mandiri.
3. Permintaan solusi pembayaran B2B yang lebih spesifik industri terus naik, sementara pasar negara berkembang melaju cepat berkat super apps dan pengguna mobile-first. Hasilnya, inovasi pembayaran berkembang jauh lebih cepat dibanding laju pendanaannya.
Tahun 2025 menjadi fase penting bagi industri pembayaran. Di tengah dinamika global yang tidak pasti, total pendanaan fintech hanya mencapai USD 44,7 miliar, dimana terendah dalam lima tahun (Laporan Pulse of Fintech H1 2025 by KPMG). Sektor pembayaran menjadi yang terdampak, dengan pendanaan merosot tajam ke USD 4,6 miliar, jauh di bawah total investasi tahun 2024 yang mencapai USD 30,8 miliar.
Meskipun demikian, ini bukan tanda investor menghilang. Justru, mereka kini lebih selektif dan mencari bisnis yang punya jalur profitabilitas yang jelas serta ketahanan yang terbukti. Ditambah lagi, isu geopolitik dan perubahan kebijakan perdagangan AS semakin membuat investor berhati-hati, menjadikan kuartal kedua 2025 salah satu periode investasi paling rendah sejak 2017.
Adopsi Pembayaran Melaju Lebih Cepat dari Pendanaannya
Di sisi lain, meski pendanaan global melambat, penggunaan layanan pembayaran justru terus naik, dimana menurut Bank Indonesia, volume transaksi pembayaran digital mencapai 4,45 miliar transaksi atau tumbuh 31,20% (yoy) pada Oktober 2025 yang didukung oleh perluasan akseptasi pembayaran digital. Peralihan dari transaksi tunai ke digital pun makin meluas, didukung ekosistem yang makin matang dan infrastruktur yang semakin efisien.

Pertumbuhan GMV ekonomi digital Indonesia, yang diperkirakan mencapai CAGR 26% hingga 2030, menjadi bukti bahwa permintaan terhadap layanan pembayaran tetap kuat. Pemerintah dan pelaku industri juga mendorong perubahan ini melalui berbagai inisiatif krusial, mulai dari BI-FAST yang menekan biaya transfer antar bank hingga ke Rp2.500 dan memungkinkan real-time payment, hingga penerimaan QRIS oleh lebih dari 35 juta merchant, mayoritas UMKM yang kini semakin akrab dengan transaksi digital. Faktor-faktor tersebutlah yang menjadi pendorong utama meningkatnya penggunaan pembayaran
Tren ini menunjukkan satu hal penting, yaitu adopsi pembayaran berkembang lebih cepat daripada pendanaannya. Artinya, kebutuhan akan solusi yang mampu menangani volume transaksi besar dan lintas kanal menjadi semakin mendesak. Inilah momentum yang memvalidasi perlunya Unified Payment Platform, sebuah infrastruktur yang dapat menangkap pembayaran dari setiap channel, menyatukan pengalaman, dan memberikan keandalan di tengah pertumbuhan yang semakin kompleks.
AI Menjadi Mesin Penggerak Baru Industri Pembayaran

Di tengah melambatnya pendanaan sektor pembayaran, justru ada satu tren yang makin bersinar sepanjang 2025: AI mulai bekerja sebagai “mesin utama” di balik industri pembayaran. Teknologi ini sudah ada di hampir setiap langkah transaksi, meski sering kali tidak terlihat oleh pengguna.
Investor pun semakin fokus pada AI enablement, yaitu penggunaan AI untuk membantu bisnis bekerja lebih cepat dan lebih efisien. Menurut laporan Pulse of Fintech H1’25 by KPMG, investasi ke fintech berbasis AI mencapai USD 7,2 miliar. Artinya, AI bukan lagi pelengkap, tetapi fondasi penting untuk menciptakan nilai nyata.
Selain itu, salah satu teknologi yang mencuri perhatian adalah agentic AI. Ini adalah AI yang dapat menjalankan rangkaian tugas secara mandiri menggunakan data real-time. Teknologi ini tentu membuka peluang besar untuk otomatisasi proses pembayaran, seperti:
- Deteksi fraud secara cepat
- Pengelolaan arus kas otomatis
- Proses compliance (AML, KYC) yang lebih efisien
AI kini bukan sekadar “nice to have”, tetapi sudah menjadi pusat inovasi dan penggerak utama dalam ekosistem pembayaran.
Solusi Pembayaran B2B Semakin Spesifik dan Bernilai Tinggi
Sepanjang 2025, solusi B2B terus menjadi sorotan. Bisnis semakin memprioritaskan efisiensi operasional, sehingga permintaan terhadap teknologi pembayaran yang membantu mereka bekerja lebih cepat dan rapi terus meningkat. Kebutuhan utamanya mencakup:
- Alur kerja otomatis
- Rekonsiliasi real-time
- Infrastruktur pembayaran yang berkembang
Selain itu, minat terhadap solusi vertikal yakni teknologi pembayaran yang dibuat khusus untuk kebutuhan industri tertentu juga terus tumbuh. Fintech kini tidak lagi sekadar menawarkan solusi generik, tetapi membangun produk yang menargetkan tantangan unik setiap sektor.
Salah satu sektor yang mendapat perhatian besar pada paruh pertama 2025 adalah healthcare payments, yang menarik minat investor berkat kompleksitas dan kebutuhan digitalisasi yang tinggi. Melihat arah ini, fokus B2B diprediksi menjadi pendorong utama inovasi dan kolaborasi fintech di tahun berikutnya. B2B tak hanya “naik daun”, tetapi telah menjadi panggung utama tempat inovasi pembayaran berkembang paling cepat.
Super Apps Mempercepat Transformasi Pembayaran di Negara Berkembang
Pasar wilayah berkembang seperti Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Selatan bergerak lebih cepat dalam inovasi pembayaran di 2025. Pertumbuhannya didorong oleh pengguna yang sudah mobile-first dan percepatan digitalisasi, terutama melalui hadirnya super apps dari aplikasi ride-hailing, pesan-antar, hingga food delivery sudah dilengkapi dengan layanan keuangan yang memadai, sehingga membuka akses layanan keuangan dan pengguna bisa melakukan aktivitas finansial tanpa harus keluar dari aplikasi tersebut.
Arah Baru Pembayaran di 2026

Jika 2025 mengajarkan satu hal penting bagi pelaku industri pembayaran, jawabannya adalah kepercayaan. Bukan sekadar mengejar hype, tetapi membangun sistem yang cepat, jelas, aman, dan benar-benar memberi nilai bagi bisnis maupun pengguna.
Ingin tetap unggul di tahun 2026, para pelaku di industri pembayaran harus fokus pada hal-hal berikut:
- Kemampuan Real-Time
Bisnis membutuhkan sistem yang selalu aktif dan responsif dari mulai transfer rekonsiliasi real-time, hingga pengambilan keputusan berdasarkan data.
- Insight Berbasis AI
Dengan volume transaksi yang semakin besar dan kompleks, AI bukan lagi fitur tambahan. Insight berbasis AI akan menjadi fondasi untuk mendeteksi fraud lebih cepat, mengoptimalkan arus kas, dan menjalankan keputusan operasional secara otomatis.
- Pengalaman Pembayaran yang Terpadu
Pelanggan menginginkan pengalaman transaksi yang mulus di kanal mana pun. Merchant pun membutuhkan satu platform yang mampu menangani semuanya dalam satu alur terpadu.
- Kepatuhan & Ketahanan yang Kuat
Regulasi semakin ketat, ancaman fraud makin canggih, dan ekspektasi pengguna terus meningkat. Keamanan, kepatuhan, dan ketahanan sistem akan menjadi faktor pembeda utama.
Di DOKU, kami berkomitmen menjadi mitra pembayaran terpercaya dengan menghadirkan solusi yang aman, seamless, dan semakin cerdas untuk membantu bisnis tumbuh di tengah lanskap pembayaran yang terus berubah. 2026 akan menjadi tahun di mana fondasi kuat lebih bernilai daripada sekadar inovasi cepat, dan DOKU siap membantu Anda berada di garis depan.
