Tahukah Anda, selama bulan Oktober, pemerintah menetapkan Bulan Inklusi Keuangan (BIK)? Sejak tahun 2016, BIK yang di prakarsai oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya inklusi keuangan. Ada lebih dari 300 fintech yang terdaftar di Indonesia termasuk 39 perusahaan fintech pembayaran mendukung inklusi keuangan.
Fintech sendiri dibagi menjadi beberapa klaster, seperti pinjaman online, inovasi keuangan digital (IKD), pembayaran digital, mitra teknologi, institusi keuangan, perusahaan pasar modal, digital asset, dll. Dalam mencapai tujuan BIK, fintech di Indonesia memiliki peran penting terutama melalui inovasi di sektor pembayaran digital, e-wallet, dan pendanaan bagi individu dan bisnis.
Untuk sektor pembayaran digital, sebuah survey dari Jakpat mencatat bahwa pada semester 1 (2024) sebanyak 93% melakukan pembayaran digital, dimana e-wallet (97%) terbanyak digunakan sebagai metode pembayaran online, disusul platform banking (49%), dan paylater (33%). Namun, apakah peningkatan penggunaan pembayaran digital ini sejalan dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia?
Apa itu Inklusi Keuangan?
Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses pada berbagai lembaga, produk dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024, indeks literasi keuangan penduduk Indonesia yakni 65,43%, sementara indeks inklusi keuangan yakni 75,02%. Hal ini menandakan masih ada beberapa masyarakat yang menggunakan jasa layanan keuangan namun belum mengetahui detail produk, manfaat, dan risikonya”, ungkap Grani Ayuningtyas, Analis Senior Deputi Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan.
Namun, inklusi keuangan tidak hanya mencakup akses fisik bagi individu tetapi juga melibatkan pemanfaatan aktif berbagai layanan keuangan yang tersedia. Dibalik upaya untuk meningkatkan inklusi keuangan, ada beberapa tantangan yang dihadapi.
Tantangan Inklusi Keuangan di Indonesia
Inklusi keuangan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang menghambat perkembangan akses layanan keuangan bagi semua lapisan masyarakat. Meskipun kemajuan teknologi dan kebijakan telah memperluas cakupan layanan, beberapa faktor mendasar tetap menjadi kendala yang harus diatasi. Berikut adalah tantangan utama yang menghambat tercapainya inklusi keuangan secara optimal.
1. Literasi Keuangan yang Masih Rendah
Meskipun akses ke layanan keuangan formal terus meningkat, rendahnya tingkat literasi keuangan di kalangan masyarakat Indonesia masih menjadi hambatan besar. Banyak orang belum memahami dengan baik bagaimana memanfaatkan produk keuangan seperti tabungan, asuransi, pinjaman, hingga layanan pembayaran digital. Ketidakpahaman ini membuat masyarakat ragu menggunakan layanan-layanan tersebut, sehingga cenderung memilih cara konvensional.
2. Keterbatasan Infrastruktur Keuangan & Akses Internet
Di beberapa daerah, terutama yang terpencil, masih terdapat keterbatasan infrastruktur seperti jaringan telekomunikasi dan transportasi, sehingga akses ke layanan keuangan formal menjadi sulit. Keterbatasan infrastruktur ini juga berdampak pada rendahnya adopsi pembayaran digital, sehingga masyarakat di daerah terpencil lebih nyaman bertransaksi tunai daripada cashless. Oleh karena itu, pengembangan infrastruktur internet dan telekomunikasi menjadi krusial dalam mendorong inklusi keuangan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk dalam hal pembayaran digital.
3. Meningkatnya Kejahatan Siber
Salah satu tantangan besar dalam inklusi keuangan di Indonesia adalah meningkatnya kejahatan siber yang juga menargetkan layanan keuangan digital. Maraknya kasus fraud menimbulkan keresahan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap keamanan transaksi digital. Meskipun layanan keuangan digital menawarkan kemudahan dan aksesibilitas, banyak orang yang masih ragu untuk menggunakannya karena takut menjadi korban penipuan.
Baca juga:
Marketplace khusus SatKer ala Kemenkeu, bikin Belanja Online makin Sat Set!
4 Pilar DOKU: Kunci Menuju Keberhasilan Bisnis di Era Digital
Peluang Inklusi Keuangan bagi Bisnis

Selain membuka akses keuangan bagi masyarakat, inklusi keuangan juga membuka peluang bagi pertumbuhan bisnis. Dengan memanfaatkan teknologi digital dan kolaborasi strategis, para pelaku bisnis dapat berperan penting dalam menciptakan solusi keuangan yang lebih inklusif dan menguntungkan. Berikut adalah beberapa peluang inklusi keuangan yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis di Indonesia.
- Perluasan Pasar melalui Digitalisasi: Inklusi keuangan memungkinkan bisnis untuk menjangkau konsumen yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal. Dengan digitalisasi pembayaran, bisnis dapat memperluas pangsa pasar, meningkatkan kenyamanan pelanggan dan mendorong konversi penjualan.
- Meningkatkan Efisiensi Operasional: Melalui adopsi layanan keuangan digital, bisnis dapat meningkatkan efisiensi transaksi, mengurangi biaya administrasi, serta meminimalisir risiko kesalahan manual.
- Meningkatkan Pertumbuhan Bisnis melalui Kemitraan dengan Fintech: Inklusi keuangan membuka peluang untuk bekerja sama dengan fintech pembayaran, yang dapat membantu bisnis menghadirkan solusi keuangan inovatif maka dapat meningkatkan kredibilitas, serta memberikan produk keuangan yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.
Inklusi keuangan di Indonesia menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Namun, peluang untuk mempercepat inklusi keuangan juga sangat besar, terutama dengan adanya perkembangan teknologi digital dan kolaborasi antara stakeholder.
Komitmen DOKU untuk Inklusi Keuangan
Sebagai perusahaan fintech pembayaran, DOKU mendukung Bulan Inklusi Keuangan (BIK) dengan menyediakan solusi pembayaran digital inovatif yang aman dan mudah diakses oleh semua skala bisnis, termasuk UMKM. Dengan sistem pembayaran yang fleksibel, DOKU membantu pelaku bisnis memperluas pasar, meningkatkan kepercayaan pelanggan, dan mempercepat transaksi.
Selain itu, DOKU percaya bahwa kolaborasi yang berkesinambungan antara Fintech, institusi keuangan dan regulator mampu untuk terus meningkatkan dan memeratakan inklusi keuangan ke seluruh pelosok Indonesia. Fintech pembayaran sejatinya telah menjadi salah satu akselerator dari inklusi keuangan yang mempermudah akses pembayaran kepada konsumen serta membantu pemilik bisnis untuk menerima dan mengelola pembayaran secara efisien.