Apa Itu Defisit? – Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

defisit adalah

Pernahkah Anda mengenal istilah defisit? Defisit adalah istilah yang bisa dialami siapa pun, baik itu pemerintah, individu, maupun bisnis.

Singkatnya, ini adalah keadaan saat jumlah pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan. Apabila tidak segera ditangani, defisit bisa menimbulkan berbagai konsekuensi serius.

Artikel ini akan memaparkan secara lengkap mengenai apa yang dimaksud dengan defisit, mencakup penyebab, dampak, hingga cara mengatasinya.

Apa Itu Defisit?

Secara harfiah, defisit dapat diartikan sebagai kekurangan suatu jumlah atau jumlah suatu hal terlalu kecil.

Istilah defisit sendiri kerap digunakan dalam berbagai kondisi, seperti dalam finansial (defisit keuangan), perdagangan (defisit neraca perdagangan), pola hidup (defisit kalori), hingga anggaran negara (defisit anggaran).

Namun, dalam artikel ini, kita akan membahas defisit keuangan dalam bisnis.

Dalam konteks bisnis, defisit adalah kekurangan uang yang terjadi karena pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.

Jadi, perusahaan mengeluarkan lebih banyak biaya untuk operasional, utang, atau pengeluaran lainnya, dibandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan, seperti dari penjualan produk, pendanaan investor, dan pinjaman bank.

Sebenarnya, defisit merupakan hal yang wajar dialami bisnis. Namun, apabila terjadi secara terus menerus dan tidak dapat dikelola dengan baik, maka defisit bisa menjadi tanda yang buruk.

Penyebab Defisit dalam Bisnis

Defisit dalam bisnis bisa terjadi karena berbagai faktor, baik dari internal maupun eksternal. Memahami penyebab terjadinya defisit akan membantu bisnis menyusun strategi yang tepat untuk mengatasinya.

1. Pengelolaan Keuangan yang Kurang Efisien

Menurut One Money Way, pengelolaan keuangan yang tidak efisien menjadi penyebab defisit paling umum dalam bisnis.

Ini termasuk perencanaan anggaran yang buruk, pengeluaran berlebihan, hingga kurangnya kontrol terhadap arus kas.

Misalnya, sebuah bisnis restoran tidak melakukan penganggaran yang jelas untuk pembelian bahan baku.

Mereka terus membeli bahan dalam jumlah besar tanpa memperhitungkan tingkat penjualan. Padahal, dalam beberapa bulan terakhir, pendapatan menurun.

Alhasil, banyak bahan makanan yang terbuang sia-sia karena tidak terpakai dan kedaluwarsa. Pengeluaran yang tidak sebanding dengan pemasukan ini pun menyebabkan bisnis tersebut mengalami defisit.

2. Kegagalan Kegiatan Pemasaran dan Penjualan

Kegiatan pemasaran dan penjualan merupakan hal yang krusial dalam bisnis, karena keduanya berperan langsung dalam menarik pelanggan dan menghasilkan pendapatan.

Oleh karena itu, apabila strategi pemasaran tidak efektif atau tim penjualan gagal mencapai target, bisnis bisa kesulitan memperoleh pendapatan yang cukup untuk menutup biaya operasional.

Akibatnya, bisnis pun bisa mengalami defisit, terutama apabila pengeluaran tetap tinggi tanpa adanya pemasukan yang seimbang.

3. Lonjakan Biaya Operasional

Lonjakan biaya operasional juga menjadi salah satu penyebab defisit dalam bisnis yang umum terjadi.

Biaya operasional yang dimaksud di sini bisa berupa kenaikan biaya sewa, peningkatan harga bahan baku, atau tarif listrik yang lebih tinggi. Tak jarang, kenaikan biaya operasional dipicu oleh faktor eksternal seperti inflasi.

Jika kenaikan biaya operasional ini tidak diiringi dengan penyesuaian harga jual, maka bisnis bisa mengalami defisit.

4. Penurunan Daya Beli Masyarakat

Penurunan daya beli masyarakat yang biasanya disebabkan oleh inflasi juga bisa berkontribusi pada terjadinya defisit dalam bisnis.

Pasalnya, ketika daya beli masyarakat menurun, mereka akan cenderung mengurangi pengeluaran mereka, terutama untuk kebutuhan tersier. 

Alhasil, hal ini pun berdampak pada penurunan penjualan, yang pada akhirnya bisa menyebabkan defisit bagi bisnis.

5. Kebijakan Pemerintah

Regulasi atau peraturan yang dikeluarkan pemerintah bisa berdampak langsung maupun tidak langsung bagi terjadinya defisit.

Beberapa kebijakan yang bisa menyebabkan defisit antara lain aturan tentang kenaikan pajak, peningkatan UMK, regulasi yang ketat, pembatasan impor atau ekspor, dan kenaikan suku bunga.

Baca juga: Inilah Tren & Peluang Bisnis untuk Sukses di 2025! 

Dampak Defisit bagi Bisnis

Bisnis yang mengalami defisit bisa memperoleh sejumlah risiko, antara lain:

1. Terganggunya Arus Kas

Arus kas adalah aliran keluar masuknya uang dalam bisnis. Dalam laporan arus kas, akan tercatat apa saja pengeluaran dan penghasilan yang dimiliki selama menjalani kegiatan operasional.

Ketika defisit terjadi, pemasukan bisnis lebih kecil dibandingkan pengeluaran. Alhasil, arus kas pun menjadi tidak stabil.

Jika berlangsung secara terus menerus, bisnis bisa kesulitan dalam membayar biaya operasional, seperti gaji karyawan, sewa tempat, hingga utang usaha.

2. Ketergantungan pada Utang

Bisnis yang ingin tetap beroperasi meskipun mengalami defisit sering kali memilih berutang sebagai solusi instan.

Namun, jika kondisi tidak segera membaik, mereka mungkin terus berutang untuk menutupi biaya operasional.

Akibatnya, bisnis berisiko mengalami keterlambatan pembayaran, yang dapat mengakibatkan denda dari kreditor atau bahkan tuntutan hukum jika gagal melunasi utang.

3. Penurunan Kepercayaan Investor

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi atau melanjutkan pendanaan pada suatu bisnis, investor umumnya akan meninjau laporan keuangan perusahaan untuk menilai kesehatan finansial, efektivitas manajemen, dan prospek bisnis ke depannya.

Mereka cenderung menghindari bisnis yang terus mengalami kerugian atau kesulitan keuangan.

Nah, apabila laporan keuangan menunjukkan defisit yang terus-menerus dan pengelolaan keuangan yang kurang efisien, kepercayaan investor terhadap kemampuan bisnis dalam menghasilkan keuntungan bisa menurun.

4. Gulung Tikar

Apabila defisit keuangan pada bisnis tidak segera teratasi dan terus-menerus terjadi, maka dampak paling buruknya adalah bisnis bisa gulung tikar atau bangkrut.

Dalam beberapa kasus, bisnis yang mengalami defisit parah tidak hanya sekadar gulut ikar, tetapi juga bisa menghadapi pailit.

Pailit adalah kondisi saat perusahaan kesulitan untuk membayar utang sehingga secara resmi dinyatakan bangkrut oleh pengadilan.

Cara Menghindari Defisit dalam Bisnis

Meskipun merupakan hal yang wajar, ada baiknya untuk melakukan langkah-langkah pencegahan agar kondisi keuangan bisnis tetap stabil dan dapat berkembang secara berkelanjutan.

1. Buat Anggaran yang Realistis

Melakukan penganggaran adalah langkah yang sangat penting bagi bisnis untuk memastikan kesehatan keuangan.

Pada tahap ini, bisnis harus membuat anggaran yang realistis untuk menghindari pengeluaran yang berlebihan dan memastikan bahwa setiap pengeluaran dilakukan dengan tepat sasaran.

Dilansir dari BR Accounting, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membuat anggaran yang realistis adalah:

  • Hitung pendapatan bisnis. Apabila bisnis sudah berjalan >1 tahun, lakukan analisis tren untuk mengetahui pola naik-turunnya pendapatan.. Apabila masih baru, perkirakan pendapatan berdasarkan hasil riset
  • Tetapkan anggaran awal. Dalam tahap ini, tetapkan biaya operasional bisnis yang bisa dibagi menjadi 1) biaya tetap, 2) biaya semi-variabel, dan 3) biaya variabel
  • Sisakan dana darurat. Ini untuk menghadapi pengeluaran tak terduga, seperti perbaikan atau pembaruan peralatan
  •  Hitung keuntungan bersih. Caranya adalah dengan mengurangi total pendapatan dengan total pengeluaran
  • Pantai secara berkala. Bisnis tetap bisa mengalami defisit meskipun memperoleh keuntungan yang besar. Jadi, terus pantau keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran bisnis secara berkala. Lakukan evaluasi untuk memastikan anggaran tetap sesuai dengan kondisi bisnis yang terus berubah.

2. Diversifikasi Sumber Pendapatan

Melakukan diversifikasi sumber pendapatan berarti menambah atau menciptakan aliran pemasukan baru agar bisnis tidak bergantung pada satu sumber pendapatan saja.

Jadi, apabila salah satu sumber pendapatan mengalami penurunan, masih ada sumber lain yang bisa menopang keuangan bisnis.

Misalnya, bisnis restoran bisa merambah ke layanan katering atau delivery untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.

Baca juga: 14 Ide Bisnis Sampingan yang Bikin Cuan, Bisa Online dan Offline 

3. Merancang Strategi Pemasaran dan Penjualan yang Efektif

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan pemasaran dan penjualan adalah hal yang krusial bagi bisnis.

Apabila tidak dirancang dengan baik, maka kegiatan pemasaran dan penjualan pun bisa berjalan kurang optimal, yang akhirnya berisiko menyebabkan defisit.

Berikut langkah-langkah untuk menyusun strategi pemasaran yang efektif, dilansir dari Investopedia:

  • Identifikasi tujuan, misalnya meningkatkan brand awareness, menaikkan customer engagement, atau menghasilkan leads
  • Buat profil pelanggan, yang mencakup usia, pekerjaan, minat, pain point, dan kebiasaan mereka
  • Kembangkan pesan pemasaran. Komunikasikan bagaimana produk atau layanan bisnis Anda bisa mengatasi masalah dan memperbaiki hidup mereka
  • Tetapkan anggaran yang efisien
  • Tetapkan saluran pemasaran yang relevan dengan target konsumen
  • Lakukan evaluasi apakah strategi yang dijalankan sudah efektif atau perlu penyesuaian

Cara Mengatasi Defisit dalam Bisnis

Apabila bisnis Anda mengalami defisit, berikut langkah-langkah penanganan yang bisa dilakukan:

1. Efisiensi Pengeluaran

Semakin besar pengeluaran yang tidak sebanding dengan pemasukan, maka akan semakin cepat pula suatu bisnis mengalami defisit.

Oleh karena itu, alih-alih mencari pinjaman atau investasi tambahan, bisnis dapat melakukan efisiensi terlebih dahulu dengan mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.

Misalnya, biaya bahan baku dari supplier A terus meningkat. Sebagai gantinya, bisnis dapat mencari pemasok lain yang lebih murah tetapi menawarkan kualitas yang hampir sama dengan supplier A.

2. Susun Strategi Baru untuk Tingkatkan Pendapatan

Apabila bisnis hanya melakukan efisiensi pengeluaran tanpa berupaya meningkatkan pendapatan, maka risiko defisit tetap ada.

Oleh karena itu, bisnis bisa mencoba mencari strategi baru untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, sehingga volume penjualan dan pendapatan pun akan meningkat.

Misalnya, toko pakaian di pasar mengalami penurunan pendapatan karena banyak pelanggan yang beralih ke belanja online.

Untuk mengatasinya, toko pakaian tersebut bisa mencoba menjual produknya melalui marketplace dan media sosial.

3. Cari Pendanaan Tambahan

Apabila efisiensi pengeluaran dan strategi baru untuk meningkatkan pendapatan belum cukup untuk mengatasi defisit, maka mencari pendanaan tambahan bisa menjadi solusi.

Pendanaan tambahan di sini bisa dari pinjaman bank, modal ventura, atau penawaran saham kepada investor.

Namun, pastikan bahwa dana yang diperoleh digunakan secara strategis, tidak hanya sekadar untuk menutupi defisit tanpa upaya perubahan apa pun.

4. Evaluasi Model Bisnis

Defisit dalam bisnis juga kerap kali disebabkan karena model bisnis yang kurang efektif atau sudah tidak relevan dengan kondisi pasar saat ini.

Misalnya, sewa-menyewa DVD sudah banyak ditinggalkan konsumen karena mereka beralih ke aplikasi streaming.

Jika kasusnya seperti ini, maka yang harus dilakukan bisnis adalah menyesuaikan strategi atau bahkan beralih ke model bisnis yang lebih menguntungkan dan relevan dengan zaman.

Baca juga: 10 Alasan Kegagalan Usaha Baru, Pemula Wajib Tahu! 

Ingin Bisnis Anda Tumbuh Pesat di Tahun 2025? Berikan Opsi Pembayaran Beragam untuk Pelanggan Anda bersama DOKU

Di tahun 2025, pelanggan semakin mengutamakan kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi. Faktanya, 67% orang Indonesia kini lebih memilih bertransaksi secara cashless karena alasan kemudahan dan keamanan (Visa Study).

Keunggulan DOKU:

Metode Pembayaran Luas

DOKU menyediakan rangkaian produk pembayaran terluas, mulai dari Kartu Kredit, cicilan Kartu Kredit, Transfer Bank, E-wallet, PayLater, Direct Debit, Digital Banking, QRIS, hingga OTC (Over The Counter), di mana pelanggan bisa melunasi pembeliannya melalui transaksi tunai di gerai minimarket dengan menggunakan kode tertentu.

Memiliki Lisensi Terlengkap

DOKU adalah satu-satunya penyedia layanan pembayaran di Indonesia yang memiliki lima lisensi dari Bank Indonesia, yaitu untuk payment gateway, transfer dana, uang elektronik, dompet elektronik, dan operator QRIS.

Pengalaman dan Sertifikasi Unggul

Dengan menggunakan payment gateway yang tepat, hal tersebut memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran tanpa kendala. Alhasil,  komplain pelanggan dapat terhindarkan.

Perlu diketahui, Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS) adalah standar keamanan informasi kepemilikan yang dikelola oleh PCI Security Standards Council, yang dibentuk oleh American Express, Discover Financial Services, JCB International, MasterCard Worldwide, dan Visa Inc.

Telah Dipercaya Ratusan Ribu Merchant Korporat

Tercatat lebih dari 150.000 merchant korporat dari lintas industri telah menggunakan layanan pembayaran DOKU, termasuk diantaranya Google, Garuda, Prudential dan Traveloka.

CEO DOKU, Chris Yeo, menegaskan pentingnya keunggulan yang dimiliki DOKU dalam sektor fintech pembayaran di Indonesia. “Saya pikir keunggulan kami sebagai payment fintech company adalah memiliki 6 lisensi pembayaran yang tidak dimiliki oleh semua fintech di Indonesia. Lisensi pembayaran ini memungkinkan kami menghasilkan berbagai macam produk pembayaran yang berbeda, seperti payment gateway, pembayaran lintas batas (cross-border), pembayaran tagihan (billers), e-money, e-wallet, QRIS, hingga collecting agent untuk mengumpulkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).”

Hubungi kami
Sales kami siap memberikan informasi lebih lanjut, atau daftar di sini untuk mulai menawarkan berbagai opsi pembayaran kepada pelanggan Anda!