Menurut Harvard Business Review, sebagian besar perusahaan harus memiliki growth rate setidaknya 10–20 persen tiap tahunnya.
Namun sebenarnya, apa itu growth rate? Bagaimana rumus dan cara menghitung nilai pertumbuhan ini?
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai pengertian, fungsi, hingga rumus dan cara menghitung growth rate. Simak!
Apa Itu Growth Rate?
Dilansir dari Investopedia, tingkat pertumbuhan atau growth rate adalah persentase perubahan suatu variabel dari waktu ke waktu atau dalam periode tertentu.
Metrik ini umumnya digunakan dalam banyak hal, seperti analisis keuangan, pertumbuhan PDB, tingkat pengangguran, pendapatan perusahaan, laba, dividen, hingga compounded annualized rate dari investasi.
Nilai growth rate bisa positif atau negatif bergantung pada apakah variabel tersebut meningkat atau menurun seiring waktu.
Misalnya, dalam konteks pendapatan perusahaan, growth rate digunakan untuk mengukur perubahan pendapatan suatu bisnis dari tahun 2024 ke 2025.
Jika sebuah perusahaan memiliki pendapatan Rp1 miliar di tahun lalu dan meningkat menjadi Rp1,2 miliar di tahun ini, maka growth rate-nya positif, yaitu 20%.
Sebaliknya, jika pendapatannya turun menjadi Rp800 juta, ini berarti growth rate-nya negatif, yaitu -20%, yang menandakan penurunan kinerja perusahaan.
Fungsi Growth Rate
Fungsi utama growth rate adalah untuk mengukur perkembangan atau nilai pertumbuhan dari waktu ke waktu.
Ini artinya, dengan growth rate, Anda bisa mengetahui seberapa cepat atau lambat suatu variabel (misalnya pendapatan perusahaan, keuntungan investasi) mengalami perubahan, entah itu bertambah atau berkurang.
Tak hanya itu, growth rate juga memungkinkan Anda membandingkan performa beberapa variabel, misalnya membandingkan perusahaan A dan B berdasarkan pertumbuhan pendapatan yang diperolehnya
Pada intinya, growth rate bisa digunakan dalam berbagai bidang. Berikut contoh pengimplementasian growth rate seperti dilansir dari dealhub:
- Bagi pebisnis, growth rate digunakan sebagai acuan untuk menentukan seberapa berkembang bisnis mereka dari waktu ke waktu
- Bagi investor, growth rate menjadi indikator untuk menilai potensi keuntungan yang mungkin akan diperoleh dari investasinya
- Bagi manajer perusahaan, growth rate digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi efektivitas strategi dan operasional perusahaan, serta menilai kinerja karyawannya.
Rumus Growth dan Cara Menghitungnya
Ada 3 rumus yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat growth, yaitu:
1. Metode Garis Lurus
Rumus growth rate dengan metode garis lurus biasanya digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan yang sederhana. Jadi, caranya adalah dengan mengetahui nilai baru dan nilai asli.
Berikut rumusnya:
Growth Rate (%) = ([Nilai Baru – Nilai Lama] / Nilai Lama) x 100
Berikut contoh perhitungannya:
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki laba Rp500 juta untuk tahun 2024 dan Rp650 juta untuk tahun 2025.
Dengan menggunakan rumus growth rate di atas, maka:
Growth Rate (%) = ([650-500] / 500) x 100
Growth Rate (%) = (150 / 500) x 100
Growth Rate (%) = 0,3 x 100 = 30%
Jadi, dapat disimpulkan bahwa growth rate laba perusahaan tersebut dari 2024 ke 2025 adalah sebesar 30%.
2. Metode Titik Tengah
Berbeda dengan rumus sebelumnya, metode titik tengah digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan berdasarkan rata-rata antara nilai awal dan baru.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Growth Rate (%) = (Perubahan Nilai / Nilai Rata-Rata) x 100
Keterangan:
- Perubahan Nilai: Nilai Baru – Nilai Lama
- Nilai Rata-Rata: (Nilai Baru + Nilai Lama) / 2
Berikut contoh perhitungannya:
Sebuah perusahaan memiliki pendapatan Rp800 juta untuk tahun 2024 dan Rp950 juta untuk tahun 2025.
Dengan menggunakan rumus growth rate di atas, maka:
Perubahan Nilai = 950- 800= 150
Nilai Rata-Rata = (950 + 800) / 2 = 875
Growth Rate (%) = (150 / 875) x 100 = 17,14%
Baca juga: 3 Cara Menghitung Margin Keuntungan Berdasar Jenisnya
3. CAGR (Compound Annual Growth Rate)
Rumus growth rate selanjutnya yang bisa Anda gunakan adalah CAGR atau Compound Annual Growth Rate.
CAGR digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata dengan memperhitungkan efek pertumbuhan majemuk (compounding)
Dengan kata lain, CAGR menggambarkan seberapa besar suatu nilai tumbuh secara rata-rata setiap tahunnya seolah-olah pertumbuhan terjadi dengan tingkat yang sama, meskipun dalam kenyataannya tingkat pertumbuhan bisa berfluktuasi.
Biasanya, CAGR digunakan jika ingin melihat pertumbuhan tahunan rata-rata selama beberapa periode, misalnya 5-10 tahun.
Adapun rumus CAGR adalah sebagai berikut.
CAGR = ([Nilai Akhir / Nilai Awal] ^ [1/n]) – 1
Misalnya, Anda melakukan investasi sebesar Rp1 juta. Investasi tersebut kemudian bertumbuh menjadi Rp2 juta dalam 5 tahun.
Nah, jika menggunakan rumus di atas, maka CAGR-nya adalah sebagai berikut.
CAGR = ([2.000.000 / 1.000.000] ^ [1/5]) – 1
CAGR = (2 ^ 0.2) – 1 CAGR ≈ 0,1487 = 14,87% per tahun
Jadi, dapat disimpulkan bahwa investasi tersebut tumbuh rata-rata 14,87% per tahun selama 5 tahun, dengan asumsi pertumbuhan yang konsisten.
Meskipun begitu, pada kenyataannya, bisa jadi pertumbuhan investasi terjadi secara fluktuatif, misalnya di tahun pertama tumbuh 15%, di tahun kedua turun 5%, kemudian di tahun ketiga naik 20%.
Keterbatasan Growth Rate
Meskipun sangat berfungsi untuk menghitung perubahan nilai dalam periode waktu tertentu, growth rate memiliki sejumlah limitasi.
Berikut beberapa di antaranya seperti dilansir dari Investopedia:
1. Tidak Menunjukkan Naik-Turunnya Nilai
Karena growth rate hanya menghitung perubahan bersih antara dua titik waktu, metrik ini tidak dapat menunjukkan naik-turun atau fluktuasi yang dialami nilai di antara periode tersebut.
Misalnya, perusahaan A mengalami pertumbuhan pendapatan rata-rata sebesar 10% dalam 10 tahun. Tidak diketahui apakah setiap tahunnya perusahaan A tumbuh secara konsisten sebesar 10% atau pernah mengalami penurunan pendapatan.
2. Mengabaikan Jumlah Nominal
Growth rate hanya berfokus pada persentase perubahan suatu variabel, sehingga metrik ini mengabaikan jumlah nominal aslinya.
Misalnya, perusahaan A mengalami peningkatan pendapatan dari Rp100 juta menjadi Rp150 juta, dengan growth rate 50% (naik Rp50 juta).
Sementara itu, perusahaan B dengan pendapatan miliaran rupiah mungkin hanya tumbuh 5%. Namun, dalam jumlah nominal, kenaikannya jauh lebih besar.
3. Sulit Dibandingkan Antar-industri atau Variabel
Nilai growth rate tidak memiliki arti yang sama di berbagai konteks. Misalnya, pertumbuhan 5% mungkin terlihat baik untuk startup teknologi, tetapi buruk bagi korporasi besar.
Baca juga: Strategi Pengembangan Usaha: Pengertian, Komponen dan Cara Menyusunnya
Ingin Bisnis Anda Tumbuh Pesat di Tahun 2025? Berikan Opsi Pembayaran Beragam untuk Pelanggan Anda bersama DOKU
Di tahun 2025, pelanggan semakin mengutamakan kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi. Faktanya, 67% orang Indonesia kini lebih memilih bertransaksi secara cashless karena alasan kemudahan dan keamanan (Visa Study).
Keunggulan DOKU:
Metode Pembayaran Luas
DOKU menyediakan rangkaian produk pembayaran terluas, mulai dari Kartu Kredit, cicilan Kartu Kredit, Transfer Bank, E-wallet, PayLater, Direct Debit, Digital Banking, QRIS, hingga OTC (Over The Counter), di mana pelanggan bisa melunasi pembeliannya melalui transaksi tunai di gerai minimarket dengan menggunakan kode tertentu.
Memiliki Lisensi Terlengkap
DOKU adalah satu-satunya penyedia layanan pembayaran di Indonesia yang memiliki lima lisensi dari Bank Indonesia, yaitu untuk payment gateway, transfer dana, uang elektronik, dompet elektronik, dan operator QRIS.
Pengalaman dan Sertifikasi Unggul
Dengan menggunakan payment gateway yang tepat, hal tersebut memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran tanpa kendala. Alhasil, komplain pelanggan dapat terhindarkan.
Perlu diketahui, Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS) adalah standar keamanan informasi kepemilikan yang dikelola oleh PCI Security Standards Council, yang dibentuk oleh American Express, Discover Financial Services, JCB International, MasterCard Worldwide, dan Visa Inc.
Telah Dipercaya Ratusan Ribu Merchant Korporat
Tercatat lebih dari 150.000 merchant korporat dari lintas industri telah menggunakan layanan pembayaran DOKU, termasuk diantaranya Google, Garuda, Prudential dan Traveloka.
CEO DOKU, Chris Yeo, menegaskan pentingnya keunggulan yang dimiliki DOKU dalam sektor fintech pembayaran di Indonesia. “Saya pikir keunggulan kami sebagai payment fintech company adalah memiliki 6 lisensi pembayaran yang tidak dimiliki oleh semua fintech di Indonesia. Lisensi pembayaran ini memungkinkan kami menghasilkan berbagai macam produk pembayaran yang berbeda, seperti payment gateway, pembayaran lintas batas (cross-border), pembayaran tagihan (billers), e-money, e-wallet, QRIS, hingga collecting agent untuk mengumpulkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).”
Hubungi kami
Sales kami siap memberikan informasi lebih lanjut, atau daftar di sini untuk mulai menawarkan berbagai opsi pembayaran kepada pelanggan Anda!