Tren Convenience Store ala Korea, Efektifkah?

convenience store adalah

convenience store adalah salah satu jenis supermarket yang ada di Indonesia. Untuk lebih memahami, berikut ulasan lengkap tentang model minimarket ini.

Istilah convenience store jika dibahasa indonesiakan bukanlah sesuatu yang asing. Pada dasarnya, convenience store adalah toko kelontong atau serba ada yang selama ini kita kenal.

Hanya saja pengemasan convenience store lebih mirip minimarket dan identik dengan harga barang yang lebih mahal dibanding toko kelontong biasa. Belakangan sejak Kpop masuk Indonesia, toko semacam ini semakin menjamur.

Read More: 6 Tantangan dalam Bisnis dan Strateginya

Mengenal Convenience Store

Jika menyebut minimarket, pikiran kita pasti tertuju pada dua merchant ternama di Indonesia yang dikenal selalu berdiri berdampingan. Keduanya dianggap sebagai pionir minimarket yang menstimulasi munculnya toko serba ada serupa.

Dari segi istilah, convenience store memiliki pengertian sebagai sebuah ruang publik dimana pengunjung bisa membeli kebutuhan harian dan dilayani dengan cepat. Produk yang dijual meliputi makanan, minuman, dan sejumlah jasa.

Convenience store biasanya dapat ditemukan di area ramai yang selalu dilalui orang, seperti stasiun, terminal, bandara, jalan tol, dan pinggir jalan raya. Namun dalam perkembangannya, toko ini juga dapat kita lihat di lingkungan pemukiman.

Berbeda dengan toko kelontong, di convenience store pembeli tidak hanya bisa mendapatkan produk favorit. Mereka juga bisa menyeduh mi instan atau kopi, untuk dinikmati langsung di toko.

Inilah mengapa luas tanah dan bangunan yang dibutuhkan convenience store cukup luas. Selain itu, convenience store juga diketahui buka sampai larut malam. Jam operasional toko adalah pukul 07.00 pagi hingga 23.00 malam.

Beberapa bahkan ada yang buka 24 jam. Kemudahan layanan dan lengkapnya produk yang disediakan membuat pengunjung betah berlama-lama di sini. Dari sinilah istilah “convenience” (kenyamanan) diperoleh.

Convenience store adalah hal biasa di luar negeri. Bahkan sebelum masuk ke Indonesia, toko jenis ini sudah ada sejak lama dan merupakan bagian penting dari masyarakat setempat.

Sejarah Convenience Store di Indonesia

Istilah toko kelontong yang diartikan sebagai convenience store dalam Bahasa Indonesia ternyata punya sejarah panjang. Pada masa penjajahan, hanya orang Arab dan Tionghoa yang diperbolehkan untuk berdagang.

Untuk mendapatkan banyak pelanggan, pedagang Tionghoa pada masa itu menjajakan barang dagangannya dengan berkeliling. Mereka akan membawa sebuah alat bernama kelontong, yang bisa menarik perhatian banyak orang.

Jadi setiap melewati suatu pemukiman, kelontong akan dibunyikan agar orang tahu bahwa mereka sedang berjualan di lingkungan tersebut. Inilah mengapa toko serba ada yang waktu itu dimiliki orang Tionghoa disebut toko kelontong.

Dalam perkembangannya, toko kelontong tidak hanya dimiliki oleh etnis Tionghoa. Masyarakat asli Indonesia dan etnis lain juga diketahui banyak yang mendirikan bisnis semacam ini.

Begitu budaya barat masuk lewat televisi dan media massa, toko kelontong bertransformasi menjadi minimarket yang penataannya jauh lebih modern. Apalagi ketika Indonesia juga terdampak globalisasi.

Banyak sekali produk convenience store asing yang masuk ke negara kita. Melihat kesuksesan convenience store asing, pebisnis Indonesia tidak mau kalah. Minimarket mereka pun berkembang mengadaptasi konsep convenience store.

Hal ini berlanjut sampai budaya Korea Selatan masuk melalui drama, film, dan musik. Minimarket yang sebelumnya hanya dikenal sebagai tempat belanja, dikenal pula sebagai tempat nongkrong.

Tren Convenience Store ala Korea

Ketika menonton drama atau film Korea, kita pasti sering melihat tokoh utamanya duduk di sebuah minimarket sambil menikmati mi instan, kimbab, atau minuman ringan yang mereka masak sendiri menggunakan fasilitas toko.

Kegiatan ini tidak hanya dilakukan saat tertentu saja, tetapi hampir setiap hari. Sebelum berangkat beraktivitas, saat makan siang, atau bahkan ketika pulang, kita kerap melihat tokoh utama di film Korea mampir ke convenience store.

Di negara asalnya, budaya ini memang tidak asing. Convenience store di Korea Selatan terkenal lengkap. Hal tersebut karena masyarakat setempat diketahui punya budaya serba cepat.

Membeli sarapan di convenience store dianggap lebih praktis daripada harus mengunjungi restoran atau tempat makan. Mereka bisa memperoleh makanan instan yang mengenyangkan sekaligus menghemat waktu berangkat.

Begitu pula saat makan siang atau makan malam.Apalagi masyarakat Korea Selatan terutama di kota besar seperti Seoul diketahui individual. Bagi mereka convenience store adalah pilihan tepat.

Mereka tidak harus berinteraksi dengan orang banyak ketika membeli kebutuhan harian atau sekadar sarapan. Ketika masuk ke Indonesia, fungsi utama convenience store yang dirasakan masyarakat Korea Selatan tentu tidak akan bisa dilihat.

Budaya masyarakat lokal kita dalam bersosialisasi membuat convenience store ala Korea Selatan memiliki fungsi baru, yaitu sebagai tempat nongkrong. Tidak heran apabila beberapa tahun belakangan, convenience store ala Korea jadi tren.

Apalagi jika convenience store tersebut memiliki konsep one stop shopping. Bisa dipastikan banyak yang tertarik untuk membeli di tempat tersebut dan nongkrong untuk berkumpul bersama teman dan kerabat.

Potensi dan Peluang Bisnis Convenience Store di Indonesia

Melihat tingginya animo masyarakat Indonesia terhadap convenience store ala Korea membuat bisnis ini terlihat cukup menjanjikan. Terutama jika lokasinya di daerah yang memiliki banyak anak muda, pekerja, dan mahasiswa.

Inilah mengapa belakangan banyak sekali minimarket lokal mengadaptasi konsep minimarket ala Korea Selatan. Ciri utama convenience store Korea Selatan adalah tersedianya makanan dan minuman instan yang bisa diolah sendiri oleh pengunjung. 

Pihak toko hanya perlu menyediakan microwave atau dispenser air panas. Selain itu disediakan pula tempat duduk di bagian dalam yang biasanya berhadapan langsung dengan jendela toko. 

Jadi sambil menikmati makanan, pengunjung bisa melihat situasi di luar toko. Jika tertarik terjun di bisnis ini, kamu juga bisa menambahkan beberapa bangku dan meja di teras toko untuk tempat duduk. 

Selain konsep dan lokasi, diperlukan pula bangunan memadai. Untuk mendirikan minimarket ala Korea, setidaknya kita butuh bangungan dengan luas 500m2. Dengan bangunan seluas ini, kita bisa menyediakan produk yang dibutuhkan secara lengkap.

Ciri lain dari convenience store Korea adalah sistem kasir yang mampu menyediakan segala macam bentuk pembayaran baik tunai maupun nontunai. Hal ini untuk memudahkan pelanggan dalam bertransaksi.

Kenyamanan dalam membayar karena tersedianya beragam metode pembayaran tentu akan membuat convenience store yang kita dirikan semakin ramai. Bagaimana, tertarik untuk membangun minimarket ala Korea milikmu sendiri?

Jika iya, yuk bermitra dengan DOKU, perusahaan teknologi pembayaran yang juga pionir payment gateway di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2007, DOKU sudah mengawal ratusan ribu transaksi sukses dari berbagai perusahaan besar hingga UMKM. Cukup sekali daftar, bisnis langsung terkoneksi ke beragam metode pembayaran. Terima pembayaran bisnis makin mudah dan pelanggan pun lebih nyaman bertransaksi. 

Pilih solusi pembayaran sesuai kebutuhan Anda, seperti:

  • Solusi Perusahaan: Apapun jenis bisnisnya, kelola pembayaran pelanggan jadi mudah pakai DOKU
  •  Solusi UMKM: Tidak Perlu Paham Teknis, Bisnis Bisa Go Digital

Pastikan untuk ubah setiap peluang menjadi uang! Gunakan DOKU sekarang!