Apakah perbedaan antara strategi penjualan hard sell vs soft sell? Hal ini penting untuk mengetahui cara mana yang cocok untuk bisnismu. Yuk, temukan bedanya!
Teknik penjualan hard sell vs soft sell dari dahulu selalu menjadi bahan diskusi bila menyoal istilah bisnis. Keduanya memang merupakan metode yang digunakan untuk menawarkan sebuah produk maupun jasa. Lalu, apa sebenarnya perbedaan di antara keduanya?
Pertanyaan berikutnya biasanya: “jadi, metode penjualan mana yang tepat untuk bisnis yang sedang dijalankan?” Baca artikel ini hingga paragraf terakhir untuk menemukan jawabannya.
Read More: Peluang Usaha Rental Mobil, Proyeksi Keuntungan dan Tips Memulainya
Hard Sell Vs Soft Sell: Apa Definisinya?
Apa itu hard selling? Seperti namanya, hard selling adalah sebuah teknik penjualan yang diterapkan dalam format bahasa yang ‘to the point’ atau gamblang. Hal ini membuat metode ini secara terang-terangan menampilkan promosi penjualan sebuah produk maupun jasa.
Meskipun penjualan secara agresif ini tidak begitu diminati audiens, bukan berarti tidak banyak juga yang tertarik. Dengan cara hard selling, justru produk akan semakin cepat terjual, terutama jika mereka membaca frasa semacam “diskon 50%” atau “buy 1 get 2.”
Di sisi lain, soft selling merupakan teknik penjualan yang dilakukan secara ‘halus.’ Ciri utamanya adalah penggunaan bahasa yang lebih disederhanakan dan persuasif (bujukan halus). Pendekatan kepada audiens pun dilakukan secara subtle (hampir tidak kentara) sehingga membuat mereka kadang tidak menyadari adanya produk yang ditawarkan.
Kerap dianggap strategi marketing yang kurang jitu, soft selling justru mampu membuat audiens merasa penasaran dan ingin menggali lebih dalam info terkait produk yang dijual. Fokusnya memang cenderung ke brand awareness yang dibangun untuk pelanggan. Inilah yang menyebabkannya memerlukan waktu lebih lama untuk menarik minat konsumen.
Perbedaan Soft Selling dan Hard Selling yang Umum
Setelah kamu membaca bagian tentang definisi antara hard sell vs soft sell, kini saatnya mengetahui lebih mendalam mengenai perbedaan antara kedua teknik penjualan tersebut. Perbedaan mendasar tentunya sudah kita ketahui, yakni soft selling dengan penggunaan bahasa dan gestur yang ‘halus’ serta persuasif dan sebaliknya dengan hard selling.
Sekali lagi, metode hard selling menerapkan pendekatan terhadap calon konsumen secara agresif dan terang-terangan. Di samping perbedaan yang paling mendasar itu, ternyata terdapat aspek lainnya yang dapat menjadi pembeda di antara keduanya.
1. Minat audiens/konsumen
Aspek pertama yang akan dibahas adalah minat atau ketertarikan audiens atau konsumen. Berdasarkan info dari media Simplicable, konsumen (maupun calon konsumen) dari kedua jenis teknik penjualan ini dapat pula menjadi indikator perbedaan.
Teknik soft selling pada umumnya digunakan oleh bisnis atau perusahaan yang memiliki goal untuk membangun kesadaran konsumen terhadap brand, reputasi perusahaan, dan pada akhirnya keterikatan konsumen pada brand atau produk yang ditawarkan.
Semakin kokoh engagement rate antara konsumen dan brand, dapat dipastikan kian besar pula penjualannya. Itulah mengapa iklan yang menggunakan strategi soft selling dibuat lebih kompleks dan memakan waktu lebih lama untuk konsumen memahami pesan yang tersirat.
Walaupun demikian, tidak berarti iklan dengan teknik hard selling tidak menarik. Tidak sedikit peminat produk yang ditawarkan via strategi ini. Namun, biasanya, konsumen hanya akan berminat untuk membeli satu atau dua jenis produk saja, dan tidak ingin mengenali brand terlalu mendalam.
2. Rentang waktu penjualan
Masih dalam perbedaan antara hard sell vs soft sell, aspek pembeda berikutnya adalah rentang waktu penjualan. Dengan hard selling, biasanya target jangka waktu penjualannya memang lebih singkat dibandingkan dengan soft selling yang memakan waktu lebih lama dalam promosi penjualan.
Kabar baiknya, menurut hasil riset New Century Media, terdapat fakta bahwa konsumen lebih tertarik untuk berulang kali membeli produk yang dipromosikan melalui iklan ala soft selling. Ditambah lagi, 97 persen dari konsumen tersebut juga rela merekomendasikan produk tersebut kepada teman-teman atau keluarga mereka.
3. Bidang industri yang menerapkan
Tiap-tiap perusahaan tentunya punya pilihan cara penjualan mereka masing-masing. Namun, pada akhirnya, bidang-bidang industri pun akan terbagi menjadi dua kategori perusahaan yang secara identik menggunakan salah satu di antara kedua strategi marketing tersebut.
Bidang industri yang biasanya menerapkan teknik hard selling di antaranya adalah asuransi, telemarketing, e-commerce atau online shop, perbankan, dan lain-lain. Sementara, metode soft selling lebih cenderung diaplikasikan oleh bidang industri manufaktur, konsultan, content marketing, dan masih banyak lagi.
Contoh-Contohnya Berdasarkan Aspek Penggunaan Bahasa
Berikutnya, akan dibahas contoh-contoh hard sell vs soft sell dari aspek bahasa yang digunakan. Frasa atau ungkapan apa saja yang identik digunakan pada masing-masing teknik penjualan? Temukan di bawah ini!
Contoh penggunaan bahasa pada metode hard selling
Salah satu contoh promosi penjualan secara agresif yang paling umum ditemukan adalah infomercial pada stasiun TV yang berfokus pada shopping (berbelanja). Istilah infomercial ini merupakan singkatan dari informasi komersial yang biasanya digunakan untuk mempresentasikan sebuah produk pada layar kaca.
Selain di TV, kita semua juga tahu bahwa pengguna teknik hard selling terbesar adalah marketplace di bidang ecommerce yang menawarkan jutaan produk dalam harga yang sangat terjangkau. Ungkapan yang sering ditemukan pada metode penjualan ini di antaranya: “pesan sekarang!,” “buy 1 get 2,” “diskon 50%,” atau “hubungi kami sekarang juga!”
Contoh penggunaan bahasa pada metode soft selling
Di bawah ini adalah contoh dari penerapan soft selling pada promosi produk maupun jasa (terutama pada closing penjualan):
Iklan terselubung (product placement)
Contoh penerapan soft selling pada promosi produk adalah iklan terselubung atau istilah dalam bahasa asingnya “product placement.” Promosi semacam ini banyak ditemukan pada beberapa adegan film dan serial TV, di mana brand suatu produk ditampilkan saat beberapa tokoh sedang menggunakannya.
Iklan terselubung ini dapat juga ditemukan dalam konten-konten platform digital seperti Instagram, YouTube, dan Tik Tok. Bahasa yang digunakan biasanya kasual dan tidak mengajak langsung untuk membeli produk, cenderung ke pengenalan pada produk dan keunggulannya.
Notifikasi cart (keranjang belanja)
Pada website atau aplikasi sebuah marketplace, biasanya terdapat fitur cart atau keranjang belanja yang gunanya untuk ‘memasukkan’ produk-produk yang kamu tertarik untuk beli. Meski demikian, tidak semua orang benar-benar langsung melakukan transaksi pembelian. Banyak pula konsumen yang hanya ingin membuat list atas produk yang hendak dibeli.
Kemudian, biasanya, notifikasi pun akan muncul untuk mengingatkan bahwa produk yang berada dalam cart telah lama didiamkan. Bahkan, beberapa juga menyelipkan informasi potongan harga pada produk tersebut.
Jenis Penjualan Mana yang Lebih Baik?
Setelah mengetahui karakteristik, definisi, serta perbedaan di antara hard sell vs soft sell, sebenarnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua teknik sales ini dapat digunakan secara bersamaan. Untuk hasil yang maksimal, sah-sah saja jika kamu menerapkan penggabungan keduanya. Kamu hanya perlu menyesuaikan kebutuhan perusahaan saja.
Intinya, semua tergantung pada kebutuhan bisnismu. Jika targetmu adalah penjualan produk atau jasa yang cepat dan dalam jumlah besar, pilihlah teknik hard selling. Namun, bila kamu mengharapkan pelanggan setia yang sudah memahami brand-mu sepenuhnya, soft selling adalah strategi sales yang tepat untukmu.
Kamu punya bisnis? Ingin Go Digital, jangkau calon pelanggan lebih luas dan omzet meningkat?
Ayo bergabung dengan Juragan DOKU, sahabat berjualan persembahan DOKU yang bisa mendukung aktivitas jualan online kamu dengan fitur pembayaran digital dan edukasi pelatihan online bisnis gratis!
Setelah bergabung, kamu bisa menikmati fitur pembayaran digital seperti Payment Link yang bisa perbanyak transaksi sukses melalui WhatsApp, e-Katalog yang bisa buat toko online secara mandiri, QRIS yang bisa terima pembayaran dengan satu kode QR dan yang gak boleh dilewatkan, pelatihan online bisnis gratis yang nantinya akan dibimbing oleh para mentor bisnis yang handal!
Cara bergabungnya mudah, bisa melalui Aplikasi Juragan DOKU yang bisa kamu download via smartphonemu, atau kamu juga bisa mendaftar melalui website di sini. Terima pembayaran lancar, Usaha makin gencar, Gabung jadi Juragan DOKU, Sekarang!