UMKM menjadi salah satu penopang perekonomian Indonesia dengan kontribusi hingga 60,51% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 97% dari total tenaga kerja. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Mercy Corps Indonesia terhadap 474 UMKM di Jawa Barat, sebanyak 27% dari responden mengutarakan perlunya akses pemasaran dan promosi, 20% membutuhkan peningkatan akses terhadap fasilitas kredit, 34% membutuhkan keterampilan digital dan 21% mengalami kesulitan dalam pencatatan keuangan.
Hal tersebut menjadi tantangan UMKM di era digital yang bisa memperlambat pertumbuhannya. Bahkan, dampak yang lebih besar pun juga bisa terjadi pada perekonomian Indonesia karena peran UMKM sebagai penopang ekonomi. Lalu, apa saja yang menjadi tantangan yang dihadapi UMKM di era digital dan solusinya, berikut ulasannya:
Tantangan UMKM di Era Transformasi Digital
1. Mendapatkan Modal Usaha
Menurut DSInnovated MSME Report 2022, sebanyak 51,2% UMKM kesulitan dalam mengakses permodalan. Padahal, struktur permodalan yang kuat bisa mendukung optimalisasi bisnis UMKM. Tanpa adaya modal bisa mengakibatkan menurunnya skala produksi dan distribusi. Untuk itulah, UMKM perlu mendapatkan akses permodalan yang lebih mudah, salah satunya melalui kredit perbankan.
Namun, pada kenyataannya, pelaku UMKM masih mengalami kesulitan mendapatkan akses kredit dari bank maupun lembaga keuangan lain, baik secara teknis (agunan) maupun non teknis (akses informasi perbankan). Oleh karena itu, dibutuhkan stakeholder terkait untuk bisa memberikan peluang permodalan yang mudah diakses oleh UMKM.
2. Akses untuk Go Digital
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, sudah 22 juta UMKM masuk ke ekosistem digital per Juni 2023. Namun, angka ini masih kurang 8 juta dari target akhir. Masih belum tercapainya target tersebut disebabkan oleh minimnya literasi digital di kalangan UMKM. Untuk itu, UMKM tidak hanya membutuhkan perangkat digital yang bisa digunakan untuk operasional usaha, namun juga perlu membekali diri dengan literasi digital sehingga bisa mengembangkan usahanya secara berkelanjutan. Pelaku UMKM juga perlu didorong untuk mahir pada teknologi digital melalui pembekalan pengetahuan dan keterampilan digital yang merupakan bagian dari pemberdayaan UMKM.
3. Memperluas Jaringan Dan Pengetahuan Berbisnis
Suksesnya sebuah bisnis termasuk UMKM juga dipengaruhi oleh seberapa luas dan berkualitasnya jaringan yang dimiliki. Melalui jaringan bisnis yang berkualitas, maka pelaku UMKM bisa saling berbagi informasi, pengetahuan dan memperluas jaringan bisnis lainnya. Untuk itulah, UMKM juga membutuhkan pendampingan dari mentor atau komunitas agar mampu meningkatkan kemampuan pengetahuan bisnis, memperluas jaringan dan lebih percaya diri pada perubahan pasar untuk hadapi persaingan bisnis.
Program Mastercard Strive Indonesia Dukung UMKM Go Digital
Melihat tantangan UMKM di era digital tersebut, maka penting sekali adanya dukungan dan kolaborasi dari berbagai sektor, seperti e-commerce, perusahaan teknologi pembayaran, perbankan, dan modal ventura. Oleh karena itu, DOKU bersama dengan mitra lainnya bergabung dengan program Mastercard Strive Indonesia untuk menjawab tantangan tersebut. Inisiatif ini bertujuan untuk mempersiapkan usaha kecil agar dapat meraih kesuksesan di era ekonomi digital.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Mastercard Strive Indonesia menggandeng sejumlah mitra baru yang akan mendukung berbagai elemen dalam program ini:
- Shopee dan MicroMentor Indonesia, yang akan membantu membangun keterampilan digital melalui pemanfaatan perangkat digital yang mencakup penyebaran informasi, pelatihan, pendampingan, pemrosesan pembayaran, dan pemasaran digital.
- Payment Gateway DOKU untuk mempercepat adopsi digital bagi usaha kecil dengan meningkatkan opsi pembayaran yang nyaman dan aman, termasuk alat digital dan program pelatihan untuk mengembangkan bisnis mereka secara digital.
- Bank BJB, akan menyediakan edukasi literasi keuangan, pengelolaan keuangan berbasis digital, serta berbagai sumber daya edukatif bagi usaha kecil. Fokus utama mereka adalah untuk mengatasi kendala-kendala yang ada dan membuka peluang akses terhadap layanan kredit.
- Penelitian mengenai digitalisasi usaha kecil akan dilakukan oleh 60 Decibels yang akan menjadi dasar bagi Asian Venture Philanthropy Network (AVPN) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) untuk membangun Strive Digitalization Learning Networks, sebuah platform untuk berkolaborasi, berbagi pengetahuan, dan menginformasikan kebijakan yang mendukung usaha kecil.
- Komunitas usaha kecil Asosiasi Business Development Services Indonesia (ABDSI) dan Perwira PMI akan membentuk jaringan mentor untuk pengembangan usaha kecil.
“Bersama dengan Mastercard Strive Indonesia, DOKU berkomitmen untuk mendukung UMKM di Indonesia. Dengan menggabungkan penggunaan alat-alat digital dan program pelatihan seperti Juragan DOKU, kami akan mendukung UMKM untuk mempercepat kehadiran bisnis mereka dan memperluasnya secara digital,” ujar Nabilah Alsagoff, Chief Operating Officer, DOKU.
Ade Soekadis, Executive Director, Mercy Corps Indonesia, mengatakan, “Inisiatif Strive Indonesia untuk berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan merupakan bukti dari pendekatan strategis Mercy Corps Indonesia dalam menciptakan peluang ekonomi untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif. Melalui kolaborasi ini, Mercy Corps Indonesia akan memastikan Usaha Mikro dan Kecil (UMK), terutama usaha yang dipimpin atau dimiliki oleh perempuan, diberdayakan melalui digitalisasi dan layanan keuangan yang inklusif. Selain itu, kami berkomitmen untuk mendorong perubahan kebijakan untuk mendukung ekosistem UMK dengan membangun Digital Learning Network, yang akan secara aktif terlibat dalam berbagai kegiatan diskusi dan seminar.”
Baca juga: Fintech & Bank, Bersaing atau Saling Melengkapi?
Pada kesempatan yang sama, Subhashini Chandran, Vice President, Social Impact, Asia Pacific, Mastercard Center for Inclusive Growth, mengatakan, “Pasar e-commerce di Indonesia telah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, dengan mencakup hampir 50 persen pangsa pasar dan diproyeksikan menyentuh US$ 95 miliar pada tahun 2025. Meskipun begitu, baru 29 persen dari UMKM yang telah memanfaatkan e-commerce untuk mengakses pasar dan bertumbuh. Mastercard Strive Indonesia akan terus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung melalui kemitraan guna membantu UMKM masuk dalam ekonomi digital dan berkembang.” Melalui kolaborasi ini diharapkan stakeholder bisa bersinergi untuk UMKM bisa mendapatkan akses yang lebih mudah untuk membantu mereka berbisnis di era digital.