Perjalanan bisnis telah lama menjadi bagian penting dalam menjaga hubungan, membangun kepercayaan, dan membuka peluang baru. Di berbagai industri, pertemuan tatap muka langsung (offline meeting) masih dianggap lebih efektif dibanding komunikasi virtual. Namun, di balik manfaatnya, perjalanan bisnis juga menyimpan tantangan seperti mulai dari biaya yang membengkak hingga kompleksitas reimbursement. Semua ini menunjukkan bahwa meskipun perjalanan bisnis membawa banyak manfaat, pengelolaannya tidak selalu mudah, terutama bagi UMKM. Untuk memahami lebih jauh bagaimana kondisi sebenarnya, mari kita lihat gambaran tren dan kebiasaan perjalanan bisnis UMKM di Indonesia berikut ini:

Tantangan UMKM dalam Mengelola Perjalanan Bisnis
Bagi UMKM, perjalanan bisnis adalah kebutuhan penting untuk menjaga hubungan dengan klien, menghadiri pertemuan, atau membuka peluang baru. Namun, dalam praktiknya, sebagian besar UMKM masih kesulitan mengelola perjalanan ini dengan baik. Hal ini bukan semata karena kurangnya niat, melainkan karena sistem dan layanan perjalanan yang ada sering kali tidak sesuai dengan realitas mereka.
Beberapa tantangan utamanya, antara lain:
1. Biaya Tinggi & Kurangnya Akses Tarif Korporasi
UMKM tidak memiliki daya untuk negosiasi tarif tiket maupun hotel, sehingga sering harus membayar harga retail yang lebih mahal dibanding perusahaan besar.
2. Ketergantungan pada Pemesanan Ad-hoc
Sebagian besar perjalanan bisnis masih dikelola manual atau memakai aplikasi konsumen. Akibatnya, banyak tiket dibeli last-minute dengan harga lebih tinggi sehingga harganya bisa menjadi lebih mahal.
3. Kehilangan Efisiensi & Resiko Fraud
UMKM menghadapi tantangan besar dalam efisiensi dan transparansi perjalanan bisnis. Tanpa sistem terpusat, data sulit dilacak sehingga pengelolaan anggaran dan analisis biaya menjadi rumit. Situasi ini makin berat karena sebagian karyawan masih memesan tiket di luar kebijakan atau melakukan expense fraud, yang menambah risiko finansial bisnis.
4. Sulit Melacak Posisi Karyawan Saat Krisis
Menurut data juga, sebanyak 29% manajer mengaku tidak bisa mengetahui lokasi karyawan yang sedang perjalanan dinas ketika terjadi krisis (misalnya bencana atau gangguan keamanan).
5. Alur Administrasi yang Rumit
Proses reimbursement manual menambah beban kerja, resiko kesalahan input dan memakan waktu hanya untuk mengecek kembali pengeluaran perjalanan bisnis.
Akibatnya, banyak UMKM akhirnya mengatur perjalanan bisnis secara ad-hoc dan menggunakan aplikasi konsumen, membayar harga penuh, dan mengandalkan proses manual. Kondisi inilah yang membuat biaya membengkak, produktivitas berkurang, serta risiko kepatuhan perusahaan semakin besar.
Baca juga: Service Excellence, Rahasia DOKU di Balik Tantangan Industri Travel
Lantas, Apa yang UMKM Dibutuhkan?
Melihat berbagai tantangan yang dihadapi UMKM dalam mengelola perjalanan bisnis, kebutuhan akan solusi corporate travel khusus untuk perjalanan bisnis yang mudah diakses semakin jelas. Manfaat ini tidak hanya berupa penghematan biaya, tetapi juga peningkatan kepatuhan, transparansi, dan pengalaman karyawan yang lebih baik. Di sinilah corporate travel management hadir sebagai solusi, meski sayangnya masih jarang diakses oleh UMKM.
Solusi: Mulai dengan Corporate Travel Management yang Mudah & Fleksibel
Mengelola perjalanan bisnis kini tidak lagi harus rumit ataupun mahal. UMKM sudah bisa memanfaatkan platform Corporate Travel Intelligence, Bliink yang simple, fleksibel, dan sesuai kebutuhan. Platform ini dirancang khusus untuk bisnis dari berbagai skala, termasuk UMKM yang membantu mengotomatisasi seluruh proses perjalanan bisnis, mulai dari pemesanan, persetujuan, hingga pelaporan, sekaligus memberikan akses ke tarif korporasi yang biasanya hanya bisa dinikmati perusahaan besar.
Beberapa fitur kunci yang bisa dimanfaatkan meliputi:
- Pengaturan kebijakan otomatis untuk menghindari pembelian di luar aturan.
- Alur persetujuan cepat agar manajer bisa langsung menyetujui perjalanan.
- Pelaporan biaya terintegrasi sehingga lebih transparan dan mudah dianalisis.
Sebagai bentuk komitmen untuk memperkenalkan solusi ini lebih luas, Bliink baru saja meluncurkan whitepaper yang bertajuk “Breaking Barriers: The Rise of Accessible Business Travel for Indonesian MSMEs” pada 10 September 2025 di Jakarta. Dalam acara ini juga menghadirkan sesi diskusi panel bersama para pemimpin industri, asosiasi bisnis, hingga eksekutif perusahaan UMKM.
.jpg)
DOKU turut menjadi narasumber dalam sesi diskusi yang diwakili oleh Irfan Burhan (SVP Business Expansion and Regional Sales), yang menegaskan dukungan DOKU terhadap inovasi corporate travel management untuk mendorong efisiensi pengelolaan perjalanan bisnis dan pertumbuhan UMKM di Indonesia.

Kolaborasi Bliink dan DOKU tidak hanya sekadar menyediakan solusi pembayaran, tetapi juga menjadi bagian penting dari transformasi digital UMKM di Indonesia. Dengan kombinasi inovasi corporate travel management dan sistem pembayaran yang andal, perjalanan bisnis kini dapat dikelola lebih terukur, efisien, dan berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan begitu, UMKM dapat mengurangi beban administratif, menjaga efisiensi, dan memungkinkan karyawan fokus pada pekerjaan inti yang lebih produktif.