Perkembangan pesat kecerdasan buatan / Artificial Intelligence (AI) telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, dari cara bekerja hingga berkomunikasi. Namun, seperti halnya setiap kecanggihan teknologi, AI juga memiliki sisi lain. Para pelaku kejahatan siber kini memanfaatkan kekuatan AI untuk menciptakan modus penipuan yang jauh lebih meyakinkan. Untuk itu, penting agar paham apa saja dan bagaimana cara kerja penipuan berbasis AI sehingga Anda akan lebih waspada.
Jenis Penipuan Deepfake AI
Penipuan berbasis AI adalah jenis kejahatan siber di mana pelaku menggunakan teknologi AI untuk menyamar, memanipulasi, atau mengeksploitasi korban. Para penipu beralih ke AI karena teknologi ini menawarkan personalisasi yang tak tertandingi. AI dapat membuat ribuan pesan phishing unik, meniru suara siapa pun, dan bahkan menciptakan video palsu yang terlihat sangat realistis.
Tiga teknologi AI yang sering dimanfaatkan para fraudster, antara lain:
- Text Generated: Large Language Models (LLM) digunakan untuk membuat skrip penipuan yang terdengar sangat meyakinkan. Mereka bisa membuat narasi yang persuasif dan tanpa kesalahan tata bahasa, sehingga sulit dibedakan dari komunikasi resmi atau asli.
- Voice Generated: Teknologi Text-to-Speech (TTS) atau kloning suara memungkinkan pelaku meniru suara seseorang dengan sangat akurat. Mereka hanya membutuhkan sampel suara singkat untuk menghasilkan percakapan yang terdengar alami dan menipu.
- Deepfake (Video/Audio): Ini adalah teknologi paling canggih yang digunakan untuk menciptakan visual atau audio palsu yang meniru orang asli. Dengan deepfake, penipu bisa membuat video palsu di mana figur publik seolah-olah mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan.
Waspada Kasus Modus Deepfake AI
Modus penipuan dengan deepfake AI semakin beragam dan canggih, termasuk jebakan contact center palsu, untuk itu Anda harus waspada agar tidak menjadi korban.
Hati-Hati Jebakan Contact Center Palsu!
- Modus Awal: Penipu menyebarkan pesan palsu yang terlihat resmi, lengkap dengan narasi darurat seperti “akun Anda terblokir” atau “ada transaksi mencurigakan”, lalu mengarahkan korban untuk melapor ke nomor telepon palsu.
- Interaksi Meyakinkan: Saat di telepon, korban disambut AI voice bot atau chatbot IVR dengan suara profesional yang mampu menjawab, mengalihkan, dan memberi tekanan psikologis agar korban cepat menyerahkan data pribadi (PIN, OTP, nomor kartu, hingga akses perangkat).
.jpg)
Contoh Deepfake Public Figure (Pejabat Negara di Indonesia)
Sejak 2020-2025, muncul sejumlah kasus deepfake AI yang melibatkan tokoh publik Indonesia, mulai dari Presiden, Menteri Keuangan, hingga Gubernur Jawa Timur (Khofifah Indar Parawansa).
- Modus Awal: Pelaku memanfaatkan teknologi deepfake AI untuk meniru wajah dan suara pejabat negara, lalu membuat video manipulatif berisi ajakan seperti, program bantuan palsu atau penawaran sepeda motor murah yang diklaim resmi dari pemerintah.
- Interaksi: Video deepfake tersebut disebarkan melalui media sosial dan aplikasi pesan. Korban diarahkan menghubungi nomor WhatsApp yang dicantumkan untuk selanjutnya mengikuti instruksi dan melakukan transfer uang sebagai biaya administrasi atau pembayaran awal.
Case Source: Antaranews, Media Indonesia
Apa Dampak dari Deepfake Public Figure?
- Kerugian finansial masyarakat, dengan laporan kerugian mencapai puluhan juta rupiah.
- Reputasi pejabat negara ikut tercoreng karena seolah-olah benar mendukung penipuan tersebut.
- Meningkatnya keresahan publik dan turunnya kepercayaan masyarakat pada informasi digital.
Ciri-Ciri Konten dengan Deepfake
Ada beberapa ciri-ciri yang bisa Anda perhatikan untuk membedakannya konten dengan memanfaatkan Deepfake, seperti berikut:

Cara Mencegah Penipuan Berbasis AI
Penipuan berbasis AI memang makin sulit dikenali, tapi ada langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk melindungi diri.
Tips Bagi Pelaku Bisnis
- Perkuat autentikasi pelanggan
Gunakan verifikasi multi-faktor (MFA), biometrik dengan liveness detection, dan notifikasi real-time untuk setiap aktivitas penting. - Pantau kanal digital perusahaan
Rutin cek akun-akun media sosial (Instagram, X, TikTok, Facebook, Google Business) untuk mencegah nomor kontak palsu atau akun tiruan yang menyamar sebagai perusahaan Anda. - Gunakan teknologi deteksi AI
Terapkan solusi keamanan yang bisa mengidentifikasi penipuan berbasis AI (deepfake, voice clone, atau chatbot abnormal). - Edukasi karyawan
Buat kampanye internal tentang risiko contact center palsu, voice cloning, dan deepfake. Simulasi penipuan bisa meningkatkan kewaspadaan. - Kolaborasi dengan regulator & industri
Bergabung dalam forum keamanan siber, berbagi threat intelligence, dan melaporkan insiden untuk mempercepat take down konten palsu.
Tips bagi Konsumen
- Waspada terhadap “situasi darurat”
Waspada terhadap narasi darurat seperti “akun Anda terblokir” atau “ada transaksi mencurigakan.” Jangan terburu-buru mengikuti instruksi, tetap tenang, lalu verifikasi kebenarannya hanya melalui kontak resmi di situs atau aplikasi perusahaan, bukan dari iklan, SMS, atau hasil pencarian yang meragukan. - Kenali tanda deepfake
- Sinkronisasi bibir tidak natural.
- Suara terasa “datar” atau tidak konsisten.
- Gestur wajah kaku atau berkedip tidak wajar.
- Gunakan “kode aman” keluarga/kerabat
Untuk mengantisipasi voice cloning, sepakati kata sandi rahasia sederhana yang bisa dipakai untuk memastikan identitas saat ada permintaan mendesak.
- Jangan Bagikan kode OTP, PIN & Laporkan
Jangan pernah membagikan OTP, PIN, atau data sensitif karena perusahaan resmi tidak akan memintanya lewat telepon, SMS, atau chat. Jika menerima panggilan atau konten mencurigakan, segera laporkan melalui fitur report di media sosial atau hubungi call center resmi untuk verifikasi.
Teknologi seharusnya memudahkan hidup kita, bukan menjebak. Karena itu, penting untuk selalu tenang, kritis, dan berhati-hati setiap kali menerima pesan, panggilan, atau ajakan yang terasa mendesak. Ingat, penipu memanfaatkan kelengahan kita di momen-momen kecil. Dengan meningkatkan kewaspadaan dan hanya mempercayai sumber resmi, kita bisa melindungi diri sendiri, orang terdekat, dan bisnis dari penipuan berbasis AI yang semakin meyakinkan.
“Konsumen Cerdas, PeKa Bertransaksi”