Key takeaways:
- AI, data, dan pengalaman pelanggan menjadi fondasi utama strategi bisnis 2026. Perusahaan yang mengadopsi pendekatan AI-first diprediksi akan lebih unggul dalam menciptakan efisiensi dan relevansi.
- ESG, health-tech, dan keamanan siber beralih dari pelengkap menjadi kebutuhan bisnis. ESG kini mempengaruhi reputasi, inovasi health-tech mendorong efisiensi layanan, sementara keamanan data menjadi pilar wajib di tengah lonjakan ancaman siber.
- Tren bisnis 2026 saling terhubung dan membentuk ekosistem baru. Bisnis yang mampu mengintegrasikannya secara strategis tidak hanya bertahan, tetapi membangun keunggulan kompetitif.
Memasuki 2026, Indonesia dan Asia Tenggara menghadapi momentum penting dalam transformasi digital. Integrasi antara teknologi berbasis AI, perubahan perilaku konsumen, perkembangan regulasi, dan peningkatan kebutuhan akan keamanan data mulai mengarahkan strategi bisnis di berbagai sektor. Indikator pasar menunjukkan bahwa perusahaan yang mampu merespons dinamika ini dengan tepat tidak hanya mempertahankan relevansinya, tetapi juga membuka peluang memimpin pasar. Berikut enam tren utama yang diprediksi mendominasi lanskap bisnis tahun 2026.
Apa Saja Tren Bisnis 2026?
Untuk memahami bagaimana perusahaan dapat bertumbuh di tengah perubahan ini, berikut enam tren yang akan mendominasi lanskap bisnis tahun 2026.
1. Produk & Layanan Berbasis AI

AI tidak hanya menjadi fitur tambahan, melainkan enabler utama pengalaman pengguna (UX) dan efisiensi operasional. Mulai dari rekomendasi produk, agen virtual, automasi backend, hingga analitik prediktif, perusahaan bergerak ke arah layanan yang “AI-first”.
Seperti menurut laporan Google, Temasek & Bain, The e-Conomy SEA 2025, ada beberapa indikator yang memperkuat tren ini, yaitu:
- Ekonomi digital Asia Tenggara diprediksi menembus US$300 miliar GMV pada 2025.
- Di Indonesia, pendapatan dari aplikasi dengan fitur AI yang dipasarkan melonjak 127% (YoY S1, 2025) sehingga menjadikannya salah satu pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.
Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa AI akan menjadi standar minimum bagi perusahaan teknologi, ritel, finansial, kesehatan, hingga sektor publik.
Baca juga: Event AI Tech That Matters: Insight & Perspektif Baru untuk Innovator AI
2. Conversational Commerce

Kenaikan adopsi pembayaran digital bukan hanya soal volume transaksi, tetapi juga pergeseran fungsi kanal itu sendiri. Konsumen kini semakin nyaman berbelanja dan membayar langsung melalui platform chat seperti WhatsApp. Di 2026, conversational commerce menjadi titik balik cara konsumen berinteraksi dengan brand, dimana pengalaman belanja bergerak dari klik dan browsing menjadi percakapan dua arah yang real-time. Pelanggan dapat bertanya, menerima rekomendasi, hingga menyelesaikan pembayaran dalam satu alur chat hingga menciptakan transaksi yang lebih cepat, tanpa friksi.
Masa Depan Conversational Commerce:
- Percakapan semakin cerdas dan personal: AI memahami konteks dan preferensi, memberikan rekomendasi otomatis, menjawab pertanyaan, hingga memproses transaksi secara mandiri.
- Dari opsional menjadi kebutuhan bisnis: Conversational commerce menjadi fondasi untuk menyederhanakan customer journey dan meningkatkan konversi.
- Standar baru ekspektasi pelanggan: Brand yang mengadopsinya lebih awal akan unggul, sementara yang terlambat kesulitan memenuhi permintaan layanan cepat, responsif, dan personal.
Maka, masa depan customer engagement ada di percakapan. Belanja dan bayar lewat chat bukan lagi percobaan, tapi sudah jadi kebiasaan baru konsumen. Bisnis yang cepat beradaptasi akan lebih dulu menjadi market leader.
3. Personalisasi Pengalaman Pelanggan

Personalisasi kini menjadi standar dasar dalam pengalaman pelanggan. Dengan interaksi digital yang semakin dalam, bisnis dapat memahami pola dan preferensi pelanggan dengan lebih akurat yang menjadikannya dasar untuk menghadirkan pengalaman yang lebih relevan.
Mengapa personalisasi semakin penting:
- 71% konsumen mengharapkan pengalaman yang dipersonalisasi, dan
- 76% lebih memilih membeli dari brand yang mampu menyediakannya
(DemandSage, 2025)
Pelanggan memilih platform yang paling memahami kebutuhan mereka dan memberikan nilai tambah nyata.
Bagaimana arah bisnis menuju 2026 dari personalisasi ini?
Bisnis akan semakin mengandalkan data, AI, dan analytics untuk:
- memberikan rekomendasi yang lebih tepat,
- menghadirkan promo yang dipersonalisasi,
- membangun customer journey yang lebih dinamis dan prediktif.
Kesimpulannya, personalisasi bukan lagi strategi tambahan, tetapi fondasi penting untuk meningkatkan kepuasan, kepercayaan, dan loyalitas pelanggan.
4. ESG Menjadi Pilihan Strategis

Semakin banyak perusahaan menyadari bahwa penerapan ESG memberikan dampak langsung pada reputasi, efisiensi, dan kepercayaan pemangku kepentingan. Data RSM Indonesia ESG Survey 2025 memperlihatkan bahwa:
- 61% perusahaan telah mengambil langkah awal untuk mematuhi satu atau lebih regulasi ESG.
- 72,5% perusahaan telah menetapkan anggaran khusus untuk ESG.
- 67% dari perusahaan yang memiliki anggaran ESG berencana meningkatkan bujet tersebut pada tahun fiskal berikutnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ESG tengah memasuki fase yang lebih serius. Semakin banyak perusahaan melihatnya sebagai fondasi untuk bertumbuh secara berkelanjutan, bukan sekadar memenuhi kewajiban regulasi. Menuju 2026, investasi dan komitmen terhadap ESG diperkirakan terus meningkat seiring perusahaan memperkuat tata kelola, mengurangi risiko operasional, dan membangun kepercayaan jangka panjang.
Baca juga: ESG Sustainability “Aksi Tanam Pohon”: Menyemai Harapan dari Menteng hingga Sumedang
5. Inovasi Health-Tech

Kenaikan biaya layanan kesehatan mendorong kebutuhan akan solusi yang lebih efisien dan terjangkau. Inovasi health-tech menjadi salah satu jawaban, menghadirkan cara baru untuk menekan biaya operasional sekaligus meningkatkan kualitas layanan.
Health-tech kini berkembang pesat, dan poin-poin berikut menggambarkan tren pertumbuhannya:
- Telemedicine menjadi layanan terbesar dengan 23,5 juta pengguna aktif bulanan.
- Digital pharmacy kini menangani 18% pasar obat resep di Indonesia.
- EMR telah diterapkan di 63% rumah sakit, naik dari 41% pada 2023, menunjukkan percepatan digitalisasi layanan klinis.
(Sumber: ProSpace Indonesia Digital Health Report 2025)
Melalui otomatisasi proses administratif, pemantauan kesehatan berbasis perangkat digital, dan pemanfaatan big data untuk perencanaan layanan, health-tech berperan besar dalam menekan biaya dan memperluas akses layanan. Tren ini menempatkan sektor kesehatan digital sebagai salah satu pendorong utama efisiensi sistem kesehatan Indonesia menjelang 2026.
6. Keamanan Siber & Proteksi Data

Seiring percepatan digitalisasi, keamanan siber dan proteksi data kini menjadi pondasi utama bagi bisnis di Indonesia. Namun, kesiapan industri masih tertinggal. Hanya 18% perusahaan di Indonesia yang berada pada tingkat Mature atau benar-benar siap menghadapi ancaman siber (Cisco Cybersecurity Readiness Index 2025). Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar organisasi masih berada pada tahap progresif atau awal dalam membangun pertahanan digital mereka.
Di lapangan, ancamannya semakin nyata. BSSN mencatat 3,64 miliar serangan siber pada paruh pertama 2025, menegaskan bahwa risiko serangan kini bukan lagi kejadian sesekali, tetapi bagian dari aktivitas sehari-hari yang perlu diantisipasi oleh setiap bisnis.
Pada akhirnya, investasi keamanan bukan lagi pilihan tambahan, melainkan keharusan strategis. Perusahaan perlu menempatkan keamanan sebagai pilar utama untuk memastikan keberlanjutan bisnis, menjaga kepercayaan pelanggan, dan mempertahankan daya saing di tengah ekspansi digital.
Baca juga: Rekap Insight Tren Pembayaran Digital 2025 untuk Strategi 2026
Siapkah Bisnis Anda Menghadapi Tahun 2026?
Bagi para eksekutif dan pebisnis, enam tren bisnis 2026 ini akan menjadi tahun yang menentukan. Transformasi digital, adopsi AI, personalisasi pengalaman pelanggan, conversational commerce, inovasi health-tech, ESG, serta keamanan data bukan lagi sekadar tren terpisah, tetapi saling terkait dan membentuk fondasi operasi bisnis modern.
Perusahaan yang mampu memahami, mengintegrasikan, dan memanfaatkan tren ini secara strategis akan bukan hanya mempertahankan relevansi di pasar, tetapi juga menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Sementara mereka yang terlambat beradaptasi berisiko tertinggal di tengah percepatan digital dan perubahan perilaku konsumen yang terus berkembang.
Oleh karena itu, perusahaan perlu merancang strategi menyeluruh, berinvestasi pada teknologi tepat, dan menanamkan budaya inovasi serta adaptasi. Pemanfaatan data pelanggan, wawasan pasar, dan teknologi memungkinkan keputusan lebih cepat dan pengalaman yang lebih relevan bagi pelanggan. Dengan pendekatan ini, bisnis tidak hanya siap menghadapi tantangan 2026, tetapi juga memimpin arah pasar di era digital yang dinamis.
