MarketingFest 2025: Ketika Brand Dinilai AI, Dipercaya Manusia

ai marketing
Table of Contents

Key Takeaways

  1. Platform AI semakin menjadi titik awal brand discovery, evaluasi, hingga rekomendasi, terutama di pasar B2B.

  2. AI tidak merekomendasikan brand secara acak. Reputasi dibentuk dari berbagai sinyal, seperti kejelasan nilai produk, konsistensi pesan, serta citation dari media, pakar industri, dan pihak ketiga terpercaya.

  3. AI tidak menggantikan marketer. Manusia tetap membangun cerita, empati, dan kepercayaan, sementara AI membantu memperluas jangkauan, mempersonalisasi pesan, dan menyebarkan kepercayaan tersebut secara lebih cepat dan terukur.

Pada 2025, dunia bisnis dan marketing berada dalam fase perubahan strategis yang signifikan seiring pesatnya adopsi teknologi AI. Jika sebelumnya strategi pemasaran didominasi oleh social media, search engine, dan influencer, maka saat ini AI telah menjadi titik pusat bagaimana brand ditemukan, dievaluasi, dan direkomendasikan. Konsumen maupun pelaku bisnis kini mengandalkan platform AI sebagai first touch point untuk mencari solusi, membandingkan brand, hingga memahami manfaat sebuah produk.

Di tengah perubahan besar itu, para marketers dituntut untuk tidak hanya mengikuti tren, tetapi memahami bagaimana AI membentuk ulang customer journey. Tema inilah yang menjadi fokus dalam gelaran MarketingFest 2025 yang diselenggarakan oleh Exabytes pada Desember 2025 di CBN Hall, Jakarta. 

MarketingFest 2025 yang bertemakan “Brand Marketing Reimagined: Human + AI” ini mempertemukan para pemimpin industri, pelaku bisnis hingga expertise untuk membahas bagaimana kolaborasi manusia dan AI membentuk strategi pemasaran masa depan.

Inspiring Talk DOKU: Trust, Visibility, dan Peran AI dalam Marketing B2B

Dalam sesi Inspiring Talk Marketing Fest 2025, Ayu Sawitri Hapsari, Senior Vice President (SVP) Marketing DOKU, membahas evolusi pemasaran di industri fintech, pergeseran perilaku pengguna, dan bagaimana AI marketing kini berperan sebagai “the new influencer” bagi brand B2B.

  • Perbedaan Perilaku B2B dan B2C

Di dunia marketing, tidak semua audiens berperilaku dengan cara yang sama. Salah satu perbedaan paling mendasar terletak pada karakter bisnis B2C dan B2B. Pada B2C, keputusan pembelian seringkali bersifat personal, emosional, dan impulsif, dipengaruhi oleh promo musiman, diskon besar, atau dorongan sesaat. Kampanye seperti tanggal kembar, 11.11, akhir tahun, atau flash sale menjadi pemicu utama konversi.

Sebaliknya, B2B memiliki dinamika yang jauh lebih kompleks. Keputusan pembelian tidak dilakukan oleh satu orang, melainkan melibatkan banyak pihak dengan peran berbeda, mulai dari tim keuangan, operasional, hingga manajemen puncak. Prosesnya lebih rasional, penuh pertimbangan, dan sangat bergantung pada kepercayaan, reputasi, serta relevansi solusi yang ditawarkan.

  • AI Mengubah Cara Bisnis Mencari dan Mengevaluasi Solusi

Dalam sesi tersebut, Ayu Sawitri juga menjelaskan tentang perbedaan perilaku yang turut mempengaruhi cara bisnis mencari informasi. Jika sebelumnya brand discovery bertumpu pada iklan, media, social media, dan search engine, kini pola tersebut mulai bergeser. Platform berbasis AI semakin sering digunakan sebagai titik awal untuk mencari referensi, membandingkan solusi, dan membantu pengambilan keputusan.

AI tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi juga membentuk persepsi terhadap brand. Dalam konteks B2B yang pasarnya niche dan pengambil keputusannya beragam, AI berperan sebagai alat bantu yang mempercepat proses evaluasi dan rekomendasi.

Baca juga: Event AI Tech That Matters: Insight & Perspektif Baru untuk Innovator AI

AI Marketing sebagai “Influencer” Baru Pada Bisnis B2B

Fenomena ini menandai masuknya AI Recommendation Era. Jika sebelumnya brand mengandalkan media atau key opinion leader (KOL) untuk membangun awareness dan kredibilitas, kini AI marketing berperan sebagai “influencer” baru dalam proses pengambilan keputusan. Brand yang ingin bertahan dan bertumbuh tidak cukup hanya hadir di ruang digital, tetapi harus terlihat, dipercaya, dan direkomendasikan oleh AI.

Namun, AI tidak merekomendasikan brand secara acak. Dalam prosesnya, AI membaca berbagai sinyal reputasi yang membentuk kredibilitas sebuah brand. Salah satu sinyal penting tersebut adalah citation, yakni seberapa sering dan seberapa kredibel sebuah brand dibahas oleh pihak ketiga, seperti media, pakar industri, maupun KOL. Selain itu, AI juga mempertimbangkan kemudahan brand untuk ditemukan, kejelasan nilai produk, konsistensi pesan yang disampaikan, hingga rekam jejak kepercayaan yang dibangun secara berkelanjutan.

  • Marketing sebagai Storyteller di Tengah Peran AI

Di tengah peran AI yang semakin dominan, marketing tetap memegang peran sentral. Marketing bertanggung jawab membangun narasi brand, menjelaskan unique selling proposition, serta memastikan pesan yang disampaikan relevan dengan kebutuhan dan user intent audiens.

Setelah itu, AI berperan membantu menyebarkan pesan brand secara lebih luas, mempersonalisasi komunikasi, serta mendukung proses akuisisi hingga retensi pelanggan. Namun, cerita dan nilai brand tetap dibangun oleh manusia.

Baca juga: Tips Bisnis Lebih Kompetitif melalui Peluang Tren AI Payment 2025

Menguatkan Brand Trust di Tengah Peran AI

Perspektif ini dibagikan oleh Ayu Sawitri Hapsari dalam sesi Inspiring Talk MarketingFest. Dalam pemaparannya, Ayu juga menekankan bahwa pendekatan marketing yang berfokus pada trust dan visibility menjadi semakin relevan di industri pembayaran yakni sektor yang menjadikan kepercayaan sebagai fondasi utama. Sebagai perusahaan fintech pembayaran yang berpengalaman, DOKU melayani segmen B2B di berbagai industri, mulai dari airlines, hospitality, education, fintech, hingga insurance dan partner di institusi keuangan. Dalam konteks ini, strategi pemasaran tidak semata bertujuan menjangkau audiens, tetapi juga membangun kredibilitas jangka panjang yang konsisten.

Menutup sesi nya, Ayu menegaskan bahwa AI tidak menggantikan peran marketer. Hubungan manusia, empati, dan kepercayaan tetap menjadi inti, terutama dalam ekosistem B2B yang berbasis relasi dan reputasi. AI hadir sebagai pendukung yakni mempercepat distribusi, memperluas jangkauan, dan mengevaluasi strategi yang telah dibangun manusia. Bagi DOKU, fondasi kepercayaan yang dibangun selama lebih dari dua dekade menjadi modal utama untuk tetap relevan di era AI recommendation, di mana trust tidak hanya dibangun oleh manusia, tetapi juga didistribusikan dan diperkuat melalui teknologi.