Tantangan UMKM di Era Digital dan Cara Menyiasatinya

tantangan umkm di era digital
Table of Contents

KEY TAKEAWAYS:

  • UMKM harus beradaptasi dengan era digital. Perubahan perilaku konsumen, kemajuan teknologi, dan kompetisi online menuntut UMKM untuk beradaptasi lebih cepat agar tetap relevan dan berdaya saing.
  • Tantangan UMKM. Tantangan utama UMKM meliputi minimnya akses dan pemahaman teknologi, keterbatasan dalam mengelola transaksi digital, persaingan ketat di pasar online, kesenjangan literasi digital, serta keterbatasan waktu dan sumber daya. Mengatasi tantangan ini adalah kunci untuk keberlanjutan bisnis.
  • Digitalisasi adalah solusi bertahap untuk UMKM. UMKM bisa memulai dengan aplikasi kasir digital, lalu beralih ke sistem pembayaran non-tunai (QRIS, e-wallet), dan kemudian memanfaatkan media sosial untuk branding dan pemasaran. Proses ini harus disesuaikan dengan kapasitas UMKM.
  • Literasi digital dan pemanfaatan tools yang tepat sangat penting. UMKM perlu aktif mempelajari aspek-aspek bisnis digital, baik secara mandiri maupun melalui pelatihan. Penggunaan tools digital yang efisien dan otomatis dapat meringankan beban operasional.
  • Pilih layanan pembayaran digital yang komprehensif. Pastikan untuk memilih layanan pembayaran digital yang menyediakan fitur pembayaran yang mudah digunakan, mendukung berbagai metode pembayaran digital, rekonsiliasi otomatis, dan laporan transaksi berkala.

Seiring berjalannya waktu, sektor usaha terus mengalami perubahan dan lajunya juga sangat cepat. Hal ini juga turut berpengaruh pada perubahan perilaku konsumen, kemajuan teknologi, maupun kompetisi online, membuat UMKM harus terus beradaptasi dan bergerak lebih cepat dari sebelumnya.

Sayangnya, jenis usaha ini sangat rawan mengalami kewalahan adaptasi karena harus menghadapi persaingan bisnis ketat dengan sumber daya terbatas. Itulah mengapa, adopsi teknologi ke dalam bisnis merupakan salah satu tantangan besar UMKM di era digital ini agar relevan dengan kebutuhan konsumen modern dan tetap berdaya saing.

Sayangnya, sekarang masih banyak UMKM yang tertinggal secara digital, baik dalam hal pemasaran, transaksi online, hingga literasi teknologi. Ini bukan perkara kecil yang bisa diabaikan begitu saja. Jika pebisnis tidak lekas bertindak untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pelaku usaha akan semakin sulit bersaing hingga dapat mengancam kelangsungan bisnis secara keseluruhan.

Tantangan Pelaku UMKM

Dalam menjalankan usaha, baik mikro, kecil, maupun menengah, tidak terlepas dari berbagai tantangan, terutama di era digital. Ketidakmampuan untuk beradaptasi dapat menurunkan performa bisnis. Sebaliknya, mampu beradaptasi dan mengahadapi berbagai tantangan yang ada bisa menciptakan kesempatan yang bagus untuk terus bertumbuh.

1. Minimnya Akses dan Pemahaman Teknologi

Saat ini, dunia digital didominasi oleh generasi muda (Gen Milenial dan Gen Z) dengan keterampilan digital yang kuat. Secara tak langsung, ini menandakan bahwa masyarakat digital sudah memiliki akses dan pemahaman teknologi yang memadai.

Namun sayangnya, masih banyak pelaku usaha yang belum mendapat akses teknologi memadai, atau belum paham cara memanfaatkan alat digital secara maksimal. Minimnya pemahaman akan teknologi ini bisa disebabkan oleh keterbatasan kemampuan perangkat, jaringan internet lambat, hingga keterbatasan kemampuan pengguna dalam mengoperasikan aplikasi digital dasar.

Jika pelaku usaha terus terjebak dalam keterbatasan pemahaman teknologi, maka akan timbul celah besar antara ekspektasi konsumen digital dengan kapasitas UMKM dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

2. Keterbatasan dalam Mengelola Transaksi Digital

Mengandalkan sistem transaksi manual saja akan sangat menyulitkan manajemen keuangan, karena harus mencatat seluruh aktivitas transaksi satu per satu. Selain tidak efisien, cara ini juga sangat rentan mengalami error dan risiko kelupaan pencatatan riwayat transaksi. Kondisi ini tentu akan memengaruhi akurasi laporan keuangan, yang pada gilirannya berdampak pada pengambilan keputusan finansial. Selain itu, pebisnis juga akan mengalami kesulitan dalam mengukur performa penjualan secara akurat.

Sistem pembayaran manual tidak dapat menawarkan fleksibilitas transaksi pelanggan yang akan berdampak langsung pada pengalaman dan kepercayaan mereka terhadap UMKM. Perilaku konsumen saat ini menginginkan sistem pembayaran praktis dan fleksibel. Jika pebisnis gagal menyesuaikan diri dengan perilaku konsumen, peluang mencapai kesuksesan bisnis juga akan sulit dicapai. Itulah mengapa setiap pelaku usaha perlu mengadopsi sistem pembayaran digital sederhana namun dapat diandalkan untuk mempermudah aktivitas harian dan transaksi pelanggan.

3. Persaingan yang Ketat di Pasar Online

Tantangan berikutnya bagi UMKM adalah menghadapi persaingan ketat di pasar digital, seperti di marketplace, mesin pencari maupun sosial media. Disini, anda tidak hanya bersaing dengan sesama bisnis kecil, tetapi juga dengan brand besar dan kompetitor yang unggul secara sumber daya.

Pada dasarnya, platform online memberikan hak serta kedudukan setara untuk semua jenis bisnis. Cara agar bisnis lebih menonjol dari pebisnis lain adalah dengan saling bersaing meraih perhatian pelanggan sebanyak mungkin. Persaingan bisnis di platform ini sangatlah tinggi, bahkan cukup sulit bagi UMKM untuk sekadar menyamai kedudukan bisnisnya dengan kompetitor berskala lebih besar. Salah satu penyebab dari kesenjangan ini adalah adanya keterbatasan sumber daya untuk membangun strategi branding dan kampanye pemasaran. Dampaknya, output yang dihasilkan pun tidak sebesar perusahaan besar.

Selain itu, persaingan harga juga menempatkan UMKM pada posisi rawan kalah saing. Usaha-usaha kecil seringkali dihadapi dengan tekanan untuk menurunkan harga, hanya agar bisa bersaing dengan produk massal produksi bisnis besar. Ini makin diperparah dengan kemudahan perusahaan besar dalam menawarkan harga rendah, membuat bisnis kecil kehilangan margin keuntungan serta kesulitan untuk bertahan.

Namun, pelaku UMKM tak perlu merasa pesimis. Dibalik tingginya persaingan bisnis yang didominasi oleh korporasi besar, tetap ada celah yang bisa dimanfaatkan. Hal yang perlu dilakukan adalah fokus pada keunikan serta spesialisasi bisnis untuk menarik pelanggan yang mencari solusi spesifik.

4, Kesenjangan Literasi Digital Pelaku Usaha

Saat pebisnis tidak paham cara menggunakan tools bisnis digital (marketplace, aplikasi keuangan, media sosial, maupun dasbor pembayaran), maka akan berpengaruh pada efisiensi operasional, daya saing, dan kesuksesan bisnis. Minimnya literasi digital juga dapat menghambat kesempatan untuk bersaing dengan pebisnis digital-savvy.

Namun, sekadar melek teknologi saja tidak cukup untuk membawa bisnis keluar dari masalah kalah saing. Dalam mengatasi masalah kesenjangan ini, perlu ada upaya aktif dan kemauan untuk terjun mempelajari aspek-aspek bisnis digital. Dibutuhkan pula keberanian serta kemampuan untuk konsisten mempelajari alat bantu digital secara kontinu.

Pelaku usaha dapat mempelajarinya dari berbagai sumber belajar, baik melalui konten tertulis, video, maupun insight dari pihak yang lebih berpengalaman dalam pengoperasian tool tersebut. Bila dirasa tidak cukup hanya dengan belajar secara mandiri, pertimbangkan keikutsertaan dalam pelatihan, workshop, atau kelas berbisnis digital yang relevan dan mudah dipahami.

Upaya meningkatkan literasi digital terbukti dapat membawa dampak positif terhadap salah satu UMKM di Desa Cibeunying, Kabupaten Cilacap, yaitu UD. Maju Jaya. Pemiliknya telah berhasil memperluas cakupan penjualan produk rotan melalui platform sosial dan memperoleh kenaikan omzet hingga 30%. Semua ini bisa didapatkan berkat partisipasinya dalam pelatihan pemasaran digital.

5. Terbatasnya Waktu dan Sumber Daya

Salah satu alasan mengapa bisnis UMKM masih jalan di tempat adalah terbatasnya waktu maupun energi untuk memikirkan inovasi usaha dan mencoba teknologi baru. Ini karena kapasitas waktu dan tenaga mereka sudah dihabiskan oleh rutinitas operasional dasar bisnis yang sifatnya berulang. Keterbatasan ini akan makin terasa jika bisnis UMKM dijalankan oleh tim kecil atau perorangan.

Salah satu solusi untuk masalah ini adalah meningkatkan efisiensi usaha dengan mulai menerapkan cara kerja digital untuk beberapa proses operasional bisnis. Pelaku UMKM dapat mempertimbangkan solusi digital yang praktis, hemat waktu, dan tidak membebani proses bisnis lainnya, seperti pemanfaatan tool digital untuk pelaporan keuangan dan pencatatan transaksi harian.

Pilihlah tool yang tidak hanya efisien dalam menyelesaikan alur kerja, tapi juga dapat menjalankan fungsi otomatisasi. Hal ini sangat berguna untuk meringankan beban pengerjaan aktivitas keuangan karena sudah terdigitalisasi. Pelaku usaha hanya perlu memonitor dan sistem akan mengurus sisanya. Pebisnis juga bisa mengalokasikan sisa tenaganya untuk memikirkan aspek strategis lain.

Strategi Bertahap Menghadapi Era Digital

Menyesuaikan strategi usaha dengan tuntutan era digital sudah bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Proses transformasi usaha ke digital mungkin terasa menakutkan bagi pelaku UMKM. Namun, dengan menerapkan strategi digitalisasi secara bertahap, pebisnis bisa berangsur terbiasa dengan ekosistem digital.

Pebisnis bisa memulainya dengan menggunakan aplikasi kasir digital untuk mencatat transaksi secara cepat, manajemen stok real-time, hingga kendali usaha jarak jauh. Tahap selanjutnya adalah menerapkan sistem pembayaran non-tunai melalui layanan QRIS atau e-wallet. Jika sudah terbiasa menjalankan aspek keuangan bisnis berbasis digital, pebisnis bisa melangkah ke tahap pembuatan akun media sosial untuk keperluan branding dan pemasaran. Unggahlah konten secara berkala dengan tema spesifik dan sejalan dengan nilai UMKM.

Dalam upaya menerapkan strategi digitalisasi, pemilik UMKM tak perlu khawatir jika prosesnya tidak berjalan secepat yang diharapkan. tidak semua teknologi digital dapat diadopsi secara sekaligus. Perlu ada persiapan serta penyesuaian bertahap sesuai kapasitas masing-masing UMKM. Berproses tanpa tahapan yang realistis dan mengabaikan kapasitas yang dimiliki justru akan menimbulkan inefisiensi dan stagnasi bisnis di tengah jalan.

Untuk mempermudah adopsi digital, gunakan platform yang menyediakan layanan onboarding dan pelatihan digital. Ini akan membantu bisnis beradaptasi dengan teknologi dan membangun pemahaman digital di dalam tim, sehingga proses digitalisasi menjadi lebih efektif.

Solusi Pembayaran Digital yang Cocok untuk UMKM

Pemanfaatan teknologi untuk memudahkan proses pembayaran digital pada bisnis UMKM perlu didukung oleh fitur-fitur sederhana tapi tetap memberikan dampak nyata. Fitur-fitur tersebut di antaranya mudah digunakan, biaya operasinya rendah, mendukung banyak metode pembayaran digital (QRIS, e-wallet, transfer bank), serta dapat langsung digunakan tanpa proses teknis rumit.

Penggunaan teknologi untuk proses pembayaran ini tidak hanya sebatas mengganti cara manual ke digital, tapi juga memberikan manfaat praktis lain, salah satunya rekonsiliasi otomatis yang dapat menyesuaikan data transaksi dengan data pembayaran secara langsung. Manfaat lainnya adalah pembayaran dapat langsung masuk ke rekening usaha secara real-time, memungkinkan pebisnis untuk memantau hasil penjualan kapan saja. Selain itu, pebisnis juga akan mendapat laporan transaksi secara berkala dengan sajian informasi sederhana, sehingga memudahkan tim untuk menentukan keputusan bisnis dengan tepat waktu.

Semua keuntungan di atas dapat pebisnis temukan dalam DOKU, penyedia layanan pembayaran digital dengan sistem yang scalable untuk UMKM, baik yang baru mulai bertumbuh maupun yang sudah naik kelas. DOKU menyediakan berbagai layanan pembayaran digital seperti Accept Payment, Payouts, serta More Services, termasuk Sub Account, PayChat, Bank Account Validation, dan Wallet as a Service.

Semua layanan ini dirancang untuk memudahkan transaksi dan meningkatkan efisiensi operasional bisnis UMKM, yang bisa diterapkan dengan menggunakan layanan payment gateway DOKU. Yuk, pahami bagaimana payment gateway DOKU dapat membantu bisnis Anda berkembang dengan membaca konten berikut ini: Optimalkan Transaksi Bisnis Dengan Payment Gateway DOKU.

Sumber:

  • Doku.com. 4 Pilar DOKU. Diakses pada 5 Juli 2025. https://www.doku.com/blog/perusahaan-fintech/
  • Desa Cibeunying. Inovasi Peningkatan UMKM di Cibeunying. Diakses pada 5 Juli 2025. https://cibeunying.desa.id/menumbuhkan-kreativitas-inovasi-peningkatan-umkm-di-cibeunying/
  • WeblineGlobal. Bagaimana Mengatasi Tantangan Bisnis Kecil dengan Transformasi Digital?. Diakses pada 5 Juli 2025. https://www.weblineglobal.com/blog/digital-transformation-for-small-businesses/amp/
  • Eraspace. Hasil Studi Ungkap Gen Z Jadi yang Terbanyak Gunakan Internet. Diakses pada 5 Juli 2025. https://eraspace.com/artikel/post/hasil-studi-ungkap-gen-z-jadi-yang-terbanyak-gunakan-internet
  • Kompas.id. Generasi Z dan Y Dominasi Media Daring. Diakses pada 5 Juli 2025. https://www.kompas.id/baca/riset/2021/02/08/generasi-z-dan-y-dominasi-media-daring