Key Takeaways:
- Meskipun jumlahnya menurun, kelas menengah Indonesia tetap mendominasi 82,3% dari total konsumsi rumah tangga, menjadikannya target pasar yang krusial.
- Prioritas pengeluaran mereka terfokus pada kebutuhan pokok dan cicilan, menandakan adanya tekanan finansial dan pentingnya manajemen arus kas.
- Fenomena "makan tabungan" dan maraknya pekerjaan sampingan menunjukkan bahwa mereka proaktif mencari solusi untuk tantangan keuangan yang dihadapi.
- Solusi pembayaran digital seperti Paylater bukan lagi sekadar kemudahan, melainkan alat bantu penting untuk mengelola keuangan bagi kelas menengah.
- Bisnis yang ingin berhasil harus beradaptasi dengan menyediakan opsi pembayaran fleksibel, personalisasi penawaran, dan menjadi solusi atas hambatan finansial mereka.
Di tengah dinamika ekonomi yang penuh ketidakpastian, kelas menengah Indonesia tetap memegang peranan sebagai jantung penggerak pertumbuhan bangsa. Walaupun daya beli mereka ikut tergerus oleh tekanan inflasi dan biaya hidup yang terus merangkak naik, cara mereka mengelola uang dan berbelanja masih menjadi kompas utama bagi para pemilik bisnis. Laporan terbaru dari Katadata: Indonesia Middle Class Report 2025 memang menunjukkan adanya penurunan jumlah populasi kelas menengah, dari 57,3 juta jiwa pada 2019 menjadi 47,9 juta jiwa di tahun 2024.
Akan tetapi, jangan biarkan angka tersebut mengecoh Anda. Kekuatan belanja mereka justru tetap sangat dominan, dengan kontribusi mencapai 82,3% dari total konsumsi rumah tangga nasional. Angka ini mengirimkan sinyal yang sangat jelas bagi kita semua. Meskipun jumlah mereka menyusut, peran kelas menengah Indonesia dalam menjaga roda ekonomi tetap berputar tidak bisa dianggap remeh. Justru, di sinilah letak peluang bagi bisnis yang jeli melihat kesempatan dan mampu memahami kebutuhan mereka yang terus berevolusi.
Siapa itu Kelas Menengah Indonesia?
Ketika mendengar istilah "kelas menengah", mungkin yang terlintas di benak Anda adalah sekumpulan orang dengan tingkat pendapatan tertentu. Pemahaman itu tidak salah, namun definisi mereka sebenarnya jauh lebih dalam dari sekadar angka di slip gaji. Kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang telah berhasil melampaui garis kemiskinan dan memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan tanpa kesulitan berarti. Mereka adalah tulang punggung perekonomian di banyak negara.
Lebih dari itu, mereka memiliki sesuatu yang sangat berharga, yaitu aspirasi. Kelompok ini tidak hanya hidup untuk hari ini, tetapi juga memiliki harapan dan rencana untuk masa depan yang lebih baik. Mereka menabung untuk pendidikan anak, merencanakan liburan, hingga membeli aset seperti rumah atau kendaraan. Stabilitas finansial relatif yang mereka miliki memungkinkan mereka untuk menjadi konsumen yang aktif, tidak hanya untuk kebutuhan primer tetapi juga untuk produk dan layanan yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
Karakteristik inilah yang membuat mereka menjadi motor penggerak ekonomi. Kemampuan mereka untuk membelanjakan uang di luar kebutuhan pokok menciptakan permintaan yang sehat di pasar. Dari secangkir kopi di kafe favorit hingga langganan layanan streaming, setiap transaksi yang mereka lakukan turut menggerakkan ribuan bisnis, baik skala kecil maupun besar. Memahami pola pikir dan aspirasi mereka adalah langkah pertama untuk bisa melayani segmen pasar yang sangat vital ini.
Potret Kelas Menengah di Indonesia
Di Indonesia sendiri, klasifikasi kelas menengah seringkali diukur berdasarkan tingkat pengeluaran per kapita setiap bulannya. Meskipun angkanya bisa bervariasi tergantung lembaga yang merilis data, Bank Dunia memberikan gambaran yang cukup jelas. Seseorang bisa dikategorikan sebagai kelas menengah jika memiliki pengeluaran harian di rentang tertentu, yang secara akumulatif menempatkan mereka di atas kelompok rentan namun di bawah kelompok masyarakat kaya.
Penting untuk kita sadari bahwa kelompok ini sangat dinamis. Status sebagai kelas menengah bukanlah sesuatu yang permanen. Guncangan ekonomi, seperti inflasi yang tidak terkendali atau hilangnya pekerjaan, bisa dengan cepat mendorong mereka kembali ke kelompok rentan. Inilah sebabnya, meskipun jumlah mereka besar, mereka juga merupakan kelompok yang sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan finansial. Mereka selalu berusaha mencari keseimbangan antara memenuhi gaya hidup saat ini dan mengamankan masa depan.
Keragaman di dalam kelas menengah Indonesia juga sangat kaya. Ada keluarga muda yang baru merintis karier, profesional mapan di perkotaan, hingga pemilik usaha kecil di daerah yang bisnisnya sedang bertumbuh. Masing-masing memiliki kebutuhan, prioritas, dan tantangan yang berbeda. Bagi Anda sebagai pemilik bisnis, ini berarti tidak ada satu strategi pemasaran yang bisa cocok untuk semua. Kuncinya adalah memahami sub-segmen mana yang menjadi target Anda dan menawarkan solusi yang benar-benar relevan bagi mereka.
Pola Konsumsi Kelas Menengah di Indonesia
Laporan Katadata menyajikan gambaran alokasi pendapatan kelas menengah. Sekitar 41% pendapatan bulanan dialokasikan untuk kebutuhan pokok (makanan dan rumah tangga), sementara 18,4% digunakan untuk cicilan. Kenaikan signifikan porsi belanja makanan (dari 20,2% di 2014 menjadi 22,3% di 2023) menunjukkan dampak nyata kenaikan harga kebutuhan primer.
Tekanan ekonomi ini mengubah perilaku pengeluaran. Alokasi dana untuk barang tahan lama menurun, menandakan keterbatasan ruang untuk pembelian non-primer. Konsumen menjadi sangat selektif dan memprioritaskan fungsi serta urgensi dalam setiap keputusan pembelian.
Temuan krusial adalah bahwa mayoritas responden pernah mengalami pengeluaran bulanan melebihi pendapatan. Sebanyak 76% memilih menggunakan tabungan untuk menutupi kekurangan tersebut. Fenomena ini menggarisbawahi kerapuhan finansial kelompok ini dan mendesaknya kebutuhan akan alat bantu keuangan yang dapat meningkatkan pengelolaan arus kas. Bisnis yang mampu menawarkan fleksibilitas akan memenangkan loyalitas mereka.
Baca juga: Inilah Tren & Peluang Bisnis untuk Sukses di 2025!
Tantangan dan Peluang Inovasi

Tekanan finansial ternyata tidak membuat kelas menengah menyerah begitu saja. Sebaliknya, kondisi ini justru memicu kreativitas dan kegigihan mereka untuk mencari sumber pendapatan tambahan. Survei menunjukkan bahwa sebanyak 46,2% dari mereka memiliki pekerjaan sampingan atau side hustle. Mereka tidak pasif menunggu keadaan membaik, melainkan proaktif menciptakan peluang sendiri. Semangat inilah yang membuka pintu lebar bagi para inovator, terutama di bidang teknologi finansial.
Di sinilah peran solusi pembayaran digital menjadi sangat strategis. Kehadiran dompet digital hingga fitur Paylater bukan lagi sekadar tentang kenyamanan, tetapi telah berevolusi menjadi alat bantu manajemen keuangan. Data survei yang sama mencatat bahwa 14,7% responden pernah memanfaatkan Paylater saat penghasilan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Ini menunjukkan pergeseran fungsi dari sekadar metode pembayaran menjadi jaring pengaman finansial yang praktis dan mudah diakses.
Bagi penyedia solusi pembayaran, ini adalah sebuah panggilan untuk terus berinovasi. Peluang tidak hanya terbatas pada memfasilitasi transaksi, tetapi juga pada bagaimana teknologi dapat membantu pengguna mengatur keuangan secara lebih terstruktur. Dengan menawarkan solusi yang tepat, Anda tidak hanya membantu mereka melewati tantangan finansial, tetapi juga membangun hubungan kepercayaan yang kuat, yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi pertumbuhan bisnis Anda.
Dampaknya bagi Bisnis
Menghadapi dinamika kelas menengah yang terus berubah, bertahan dengan strategi bisnis yang itu-itu saja bukanlah pilihan. Kunci untuk tetap relevan dan bertumbuh adalah dengan beradaptasi secara cerdas, memanfaatkan teknologi, serta memahami denyut nadi kebutuhan pelanggan Anda. Berikut adalah beberapa rekomendasi upaya yang bisa Anda lakukan:
- Mengintegrasikan Layanan Pembayaran Digital: Menyediakan berbagai opsi pembayaran yang fleksibel (misalnya, Paylater) agar konsumen dapat menyesuaikan pengeluaran sesuai kemampuan keuangan mereka.
- Memanfaatkan Data untuk Personalisasi Penawaran: Dengan analisis data transaksi, bisnis dapat mengidentifikasi pola belanja kelas menengah dan mengembangkan produk serta promosi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Bermitra dengan Penyedia Layanan Fintech: Kolaborasi dengan fintech tidak hanya membantu memperluas jangkauan pasar, tetapi juga meningkatkan kepercayaan konsumen melalui keamanan dan kenyamanan transaksi.
- Inovasi Layanan untuk Mengurangi Hambatan Finansial: Mengembangkan solusi yang membantu konsumen mengelola pengeluaran dan memaksimalkan penggunaan tabungan, sehingga mereka lebih siap menghadapi guncangan ekonomi.
Strategi Mempertahankan Loyalitas Kelas Menengah Indonesia
Memahami saja tidak cukup. Anda perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk mengubah wawasan ini menjadi strategi bisnis yang efektif. Berikut adalah beberapa area kunci di mana Anda bisa mulai beraksi untuk tidak hanya menarik, tetapi juga mempertahankan loyalitas pelanggan dari segmen kelas menengah.
1. Manfaatkan Pembayaran Digital
Di era di mana setiap detik berharga, proses pembayaran yang rumit adalah penghalang terbesar bagi penjualan. Mengintegrasikan berbagai layanan pembayaran digital adalah langkah fundamental. Sediakan semua opsi yang mereka kenal dan percaya, mulai dari transfer bank, kartu kredit, dompet digital, hingga QRIS.
Lebih jauh lagi, tawarkan fleksibilitas melalui opsi seperti Paylater. Memberikan mereka pilihan untuk membayar nanti tidak hanya meningkatkan kemungkinan konversi, tetapi juga menunjukkan bahwa Anda memahami kebutuhan mereka akan pengelolaan arus kas yang lebih leluasa.
2. Kenali Pelanggan Lebih Dekat Melalui Data
Setiap transaksi yang terjadi di platform Anda adalah sebuah cerita. Dengan menganalisis data transaksi secara cermat, Anda bisa mulai memahami pola belanja pelanggan. Siapa pelanggan setia Anda? Produk apa yang paling sering mereka beli bersamaan? Kapan waktu belanja favorit mereka?
Informasi ini memungkinkan Anda untuk melakukan personalisasi penawaran. Bayangkan mengirimkan promosi popok bayi kepada pelanggan yang baru saja membeli perlengkapan melahirkan. Penawaran yang relevan seperti ini akan terasa personal dan membuat pelanggan merasa benar-benar dipahami.
3. Gandeng Mitra Fintech Tepercaya untuk Tumbuh Bersama
Menghadirkan sistem pembayaran yang canggih dan aman tidak harus berarti membangun semuanya dari nol. Berkolaborasi dengan penyedia layanan fintech yang sudah memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik adalah jalan pintas yang cerdas.
Kemitraan ini tidak hanya memperluas jangkauan pasar Anda, tetapi juga secara instan meningkatkan kepercayaan konsumen. Ketika pelanggan melihat nama besar yang mereka kenal sebagai mitra pembayaran Anda, keraguan mereka untuk bertransaksi akan berkurang drastis. Ini adalah tentang membangun ekosistem kepercayaan bersama.
4. Jadilah Solusi, Bukan Sekadar Penjual
Langkah terakhir dan yang paling transformatif adalah mengubah pola pikir bisnis Anda. Jangan hanya fokus pada menjual produk atau jasa, tetapi fokuslah untuk menjadi solusi atas masalah pelanggan. Pikirkan bagaimana layanan Anda dapat membantu mengurangi hambatan finansial yang mereka hadapi.
Mungkin dengan menawarkan model langganan yang lebih terjangkau, program loyalitas yang memberikan nilai lebih, atau skema cicilan yang transparan. Ketika pelanggan memandang bisnis Anda sebagai mitra yang membantu mereka mengelola kehidupan finansial, Anda tidak hanya mendapatkan seorang pembeli, tetapi seorang pendukung setia.
Perjalanan untuk memahami dan melayani kelas menengah Indonesia adalah sebuah maraton, bukan sprint. Perubahan akan terus terjadi, dan bisnis yang paling adaptif akan terus berjaya. Sudah saatnya Anda mengambil langkah nyata untuk menjadi bagian dari solusi yang mereka butuhkan.
Tingkatkan pengalaman pelanggan dan buka lebih banyak pintu penjualan dengan menyediakan sistem pembayaran terlengkap dan terpercaya. Mari berdiskusi dengan tim kami di DOKU untuk menemukan solusi pembayaran yang paling tepat bagi pertumbuhan bisnis Anda. Jadikan setiap transaksi sebagai awal dari sebuah hubungan jangka panjang.
